Lembaga riset pasar Millward Brown Optimor menunjukkan bahwa merek Coca Cola masih cukup kuat, dengan urutan keempat dari sepuluh besar World's Most Powerful Brand. Hal ini dikarenakan beberapa strategi yang dilaksanakan oleh PT Coca Cola Indonesia. Hermawan Kertajaya dalam bukunya yang berjudul "Marketing Plus 2000 : Siasat memenangkan persaingan global". Di dalam buku itu, sang Guru Marketing asal Surabaya ini menjelaskan bahwa marketing bukan hanya bicara soal sell, sell dan sell, tetapi lebih dari itu bagaimana memuaskan pelanggan (customer). Seorang pelanggan bukan hanya memerlukan "need and what", namun juga "expectation" (harapan). Maka bicara soal brand selalu berkaitan dengan need, what dan expection dari seorang customers.
Sejak didirikan, PT Coca Cola Indonesia baru mengeluarkan merek lain pada 1960-an, yakni Sprite, Fanta, dan Fresca. Diet Coke dan Cherry Coke diperkenalkan pada 1980-an sedangkan merek Powerade baru muncul pada 1990-an. Hingga saat ini, Coca Cola hanya berbasis pada kategori minuman dan belum merambah ke sektor lain.
Cobalah perhatikan iklan TV yang dilancarkan oleh Coca Cola. Seperti "Hidup ala Coca-Cola" diterjemahkan dalam iklan dengan tema "Happiness Factory". Melalui iklan tersebut, Coca Cola Indonesia ingin mengajak konsumen mengetahui lebih jauh proses di balik hadirnya minuman Coca-Cola.
Merek Coca Cola memang tidak ada tandingannya di kelas minuman berkarbonasi. Namun, sebagai merek yang umurnya sudah lebih dari satu abad, Coca Cola membutuhkan penyegaran baru. Strategi pemasaran Coca Cola dinilai kuno, dengan inovasi dan ekspansi yang lambat dalam mengatasi pesaing dan memenuhi keinginan pasar.
Hal itu terungkap ketika PT Coca Cola Indonesia mengumumkan penggantian CEO (Chief Executive Officer) pada 6 Desember lalu. Neville Isdell, Direktur Utama dan CEO Coca Cola sejak tahun 2004 akan menyerahkan jabatan CEO kepada Muhtar Kent yang sejak Desember 2006 menjabat sebagai Presdir dan COO (Chief Operating Officer) Coca Cola. Adapun Isdell akan tetap menjabat sebagai dirut Coca Cola hingga April 2009. Muhtar Kent, yang resmi menjabat sebagai CEO mulai 1 Juli 2008 mendatang, mengungkapkan bahwa Coca-Cola saat ini membutuhkan penyegaran baru sehubungan dengan beberapa masalah yang dihadapinya.
"Permasalahan yang dihadapi Coca Cola saat ini adalah bertahan di tengah peralihan masyarakat dunia yang mulai meninggalkan minuman berkarbonasi dan beralih ke jenis-jenis lain yang sedang ngetrend, seperti teh, jus, minuman olahraga, dan air mineral," ujar Kent.
Namun, ada beberapa hambatan yang membuat Coca-Cola dan minuman bersoda lainnya sulit berkembang di negeri ini adalah minum minuman bersoda bukan budaya orang Indonesia. Sebagian besar orang Indonesia lebih memilih air putih atau teh. Ini akan menjadi sebuah perkerjaan rumah bagi Coca cola, jika tidak komunikasi seperti apa pun tidak akan bisa mengangkat penjualannya.
Banyak yang harus dibenahi dalam strategi perencanaan dan pemasaran Coca Cola agar bisa bersaing dengan perusahaan sejenis. Kekuatan merek sebaiknya ditunjang dengan promosi yang kontinuitas, ekspansi pasar, dan inovasi produk yang terukur.
Marketing Director PT Coca-Cola David Tjokro, mengatakan, perjalanan Coca-Cola di Indonesia hingga menjadi top brand produk soft drink, juga butuh waktu panjang.
Ia juga mengisahkan, brand soft drink global Coca-Cola, pernah mengalami masa suram.
Di Amerika Serikat misalnya, Coca-Cola sempat mendapat kecaman karena ingin mengubah rasanya seperti Pepsi. Namun, Coca-Cola berhasil membalikkan fakta tersebut menjadi opportunity. "Ini pengalaman menarik buat Coca-Cola sebagai sebuah brand global untuk produk soft drink," kata David.
Masa krisis itu pun berhasil diatasi dengan strategi promosi yang sistematik dan lebih menonjolkan pendekatan lokal. Akhirnya, Coca-Cola berhasil bangkit. Sehingga, menjadi sebuah brand soft drink yang paling diminati dan selalu menjadi trend setter. Guna menembus pasar lokal, Coca Cola sudah melakukan penetrasi ekspansi ke produk-produk lokal menggunakan strategi pemasaran yang diluncurkan Coca Cola pada 2000, "Think Global, Act Local". Strategi berfikir secara global dan berlaku secara global ini dibuktikan telah mengangkat brand Coca Cola pada posisi saat ini.
Identifikasi Permasalahan Perusahaan
1. Coca-cola Company tidak menghasilkan produk organik
Di Amerika sedang mengembangkan produk organik, dan perkembangannya telah mencapai 70%. Dan sampai saat ini pun produk organik semakin popular. Sedangkan Coca-cola Company tidak mengadakan inovasi dalam hal produk organik, padahal hal ini dapat dijadikan peluang bisnis yang potensial.
2. Sebagian pengecer mempunyai kontrak ekslusif dengan PepsiCo.
Sebagian perusahaan beverage seperti Pepsi Co. telah melakukan kontrak ekslusif dengan restoran-restoran misalnya saja KFC, Mac D, dan lainnya. Sehingga Coca Cola tidak bisa masuk ke area tersebut.
3. Soft drinks tidak baik untuk kesehatan
Soft drinks tidak punya nilai gizi (dalam hal vitamin dan mineral). Mereka punya kandungan gula lebih tinggi, lebih asam, dan banyak zat aditif seperti pengawet dan pewarna. Sementara orang suka meminum soft drink dingin setelah makan, Akibatnya, Tubuh kita mempunyai suhu optimum 37 supaya enzim pencernaan berfungsi. Suhu dari soft drink dingin jauh di bawah 37, terkadang mendekati 0. Hal ini mengurangi keefektivan dari enzim dan memberi tekanan pada sistem pencernaan kita, mencerna lebih sedikit makanan. Bahkan makanan tersebut difermentasi. Makanan yang difermentasi menghasilkan bau, gas, sisa busuk dan racun, yang diserap oleh usus, di edarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Penyebaran racun ini mengakibatkan pembentukan macam-macam penyakit.
Frekuensi konsumsi teh botol di Indonesia 3kali lebih besar daripada minuman bersoda meskipun pangsa pasar sedikit.
Pola distribusi tiap negara berbeda.
Sebagian besar produk-produk Coca-Cola Botling Indonesia didistribusikan melalui lebih dari 120 pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk tersebut diangkut ke pusat-pusat penjualan tersebut oleh armada truk berukuran besar dan kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran oleh kendaraan distribusi yang lebih kecil. Apabila truk-truk penjualan ditempatkan berderet, maka akan bisa sepanjang lebih kurang 17 km. Hal inilah yang membuat perusahaan Coca-Cola Botling Indonesia sebagai salah satu perusahaan distribusi terbesar di Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 80% produk-produk Coca-Cola dijual melalui para pengecer dan grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha usaha kecil, dan mereka mempekerjakan kurang dari lima karyawan dengan omset penjualan per tahun kurang dari Rp. 1 milyar.
Tim penjualan yang sangat besar tidak saja menjual produk-produk Coca-Cola kepada para pelanggan, tetapi mereka juga memberikan saran bagaimana sebaiknya mereka menjual produk-produk tersbut. Supervisor penjualan juga teratur mengunjungi para pelanggan dan memberikan bimbingan, serta menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
Kebijakan penjualan dan distribusi secara menyeluruh diarahkan oleh National Office di Cibitung, Bekasi, namun penerapan kebijakan tersebut dilaksanakan oleh para manajer operasional dan regional yang handal dan berpengalaman beserta staf mereka.
Coca-Cola Company berada di tahap mature dalam siklus hidup industri karena mengadakan perluasan produk dengan diversifikasi dan melakukan inovasi.
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam.
strategi Manajemen yang dapat dilakukan oleh Coca-Cola Company, khususnya dalam menghadapi pangsa pasar di Indonesia, yaitu
1. Integrasi ke depan, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer.
2. Integrasi ke belakang, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Misalnya pada perusahaan sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, aspartam yang merupakan bahan utama pembuat minuman ini.
3. Integrasi horizontal, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan control atas pesaing. Seperti halnya mengakuisisi merek air minum local, Ades, melalui PT Coca-cola Company.
4. Penetrasi pasar, yaitu meningkatkan pangsa pasar untuk produk saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar.
Sedangkan strategi yang belum diterapkan, namun tidak ada salahnya bahkan lebih baik jika diterapkan oleh Coca-Cola Company, yaitu:
1. Pengembangkan pasar, yaitu memperkenalkan produk saat ini ke area geografis yang baru.
2. Pengembangan produk, yaitu meningkatkan penjualan melalui perbaikan produk saat ini atau mengembangkan produk baru.
3. Diversifikasi konsentrik, yaitu menambahkan produk yang masih berkaitan dengan produk lama.
4. Kepemimpinan harga
Margarita
When I began to think about my life,when I began poured became something there all the processes of the proceeding life. A process that made me developing became increasingly and mature, More understood the meaning of perfection in my life. This was idea, thing and representative criticism of few desires that still were sinking
Rabu, 24 Maret 2010
Rabu, 10 Februari 2010
Ekonomi - Perbankan
“Manajemen Dana Bank”
Bank berdasarkan kepemilikannya terdiri atas: Bank umum milik Negara (Bank yang seluruh atau sebagian sahamnya dimilik pemerintah.oleh karena itu bank ini disebut bank pemerintah), bank umum swasta, bank campuran dan bank milik pemerintah daerah.
Permodalan Bank, Permodalan bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggapkan tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Modal merupakan factor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank.
Fungsi modal bank, Modal bank sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fungsional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Fungsi modal bank sebagai perlindungan terhadap masyarakat yang menyimpan dananya di bank pada saat bank di likuidasi merupakan hal yang dapat diterima, namun perlu diingat bahwa meskipun suatu bank memiliki modal kecil, tidak bearti bank tersebut dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Demikian pula mengenai fungsi pengamanan bila bank mengalami kerugian tidak selalu bank menggunakan seluruh modalnya untuk menutupi kerugian agar dapat terus beroperasi, kecuali misalnya kalau kesulitan berfisat sementara.Namun masalahnya akan lain apabila bank mengalami kerugian besar, kemungkinan operasi bank akan terhenti atau minimal akan terganggu.
Dana bank adalah sejumlah uang yang dimiliki atau aktiva lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya, sumber-sumber dana bank berasal dari:
* Dana dari modal Sendiri (Dana pihak ke-I) yang termasuk: modal yang disetor, cadangan, laba yang ditahan.
* Dana pinjaman dari pihak luar (Dana pihak ke-II), Terdiri dari pinjaman dari bank- bank lain, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, pinjaman dari BI atau lembaga bukan bank.
* Dana dari Masyarakat (Dana dari pihak ke-III), Dalam bentuk giro, deposito, tabungan.
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimilki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank setral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang biasanya dihubungkan dengan total asetnya setelah memperhitungkan risiko yang mungkin dihadapi maisng-masing asset. Ketentuan minimum permodalan tersebut biasanya digunakan suatu ukuran yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dihitung dengan membandingkan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan ttal aktiva tertimbang menurut risiko. Dalam manajement dana bank terdapat permasalahan yaitu Likuiditas dan Rentabilitas. Aktivitas Management Dana Bank adalah Menghimpun dana masyarakat, menjaga kepercayaan masyarakat, pemberian kredit.
Manajemen Likuidasi Bank
Likuidasi adalah tindakan pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pembubaran badan hukum bank.Likuidasi bank dilakukan dengan cara pencairan harta atau penagihan piutang kepada para debitor, diikuti dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditor dari hasil pencairan atau penagihan tersebut. Ketentuan likuidasi diatur dalam Pasal 37 UU No.10 Tahun 1998. Menurut ketentuan suatu bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, atau membahayakan system perbankan, Bank Indonesia dapat melakukan beberapa tindakaan yang dipandang perlu.Dana yang diperoleh dari bank harus digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai tujuan, tujuan pengalokasian dana harus mencapai tingkat profitabilitas yang cukup, dan harus tetap menjaga posisi likuidaditas agar dapat tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat. Dalam penggunaan dana terdapat beberapa prinsip yaitu: Sesuai dengan prioritas penggunaan dana dan sifat aktiva bank.
Penggunaan dana bank dua prioritas pertama adalah dalam bentuk cadangan likuiditas yang terdiri dari cadangan primer dan cadangan sekunder.
Cadangan Primer, Cadangan primer atau primary reserves yang dimaksud antara lain untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum dan untuk keperluan operasi bank sehari-hari termasuk untuk memenuhi semua penarikan simpanan dan permintaan kredit nasabah. Selain itu juga digunakan untuk penyelesaian kliring antarbank dan kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dibayar. Cadangan primer ini terdiri dari uang ka syang ada dalam bank, saldo rekening giro pada bank sentral, dan bank-bank lainnya, warkat-warkat yang dalam proses penagihan. Komponen ini sering disebut cash asset atau alat-alat likuid.
Cadangan Sekunder, Prioritas kedua penggunaan dana adalah dalam bentuk cadangan sekunder atau secondary rserves yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya kurang dari satu tahun, cadangan ini dimaksud untuk keperluan likuditas dan memperoleh keuntungan.
Fungsi cadangan sekunder antara lain: Memenuhi kebutuhan kas yang bersifat jangka pendek dan musiman dari penarikan simpanan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan, memenuh kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari deposan dan penarikan nasabah debitur. karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak dapat diperkirakan, maka cadangan sekunder harus ditanamkan dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjual belika. Di Indonesia instrument cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia(SBI), Surat Berharga Pasar Uang(SBPU) dan Sertifikat Deposito. Sedangkan di luar negeri misalnya Amerika Serikat, cadangan sekunder bisa berupa Federal Funds, surat-surat berharga jangka pendek yang diterbitkan pemerintah Federal mauun Negara bagian serta perusahaan besar lainnya misalnya: treasury bils dan commercial papers.
Penyaluran Kredit
Pemberian kredit atau loan kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijakan perkreditan bank.Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatana usaha ini.
Investments
Investment adalah penanaman dana dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang. Tujuan penggunaan dana ini untuk memaksimalkan penghasilan. Meskipun dalam praktiknya dapat juga digunakan sebagi sumber likuiditas. Investments pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas karena pengalokasian dana untuk prioritas ini diharapkan akan memberikan pendapatan yang memadai, maka sifat asset ini biasanya lebih permanen atau berjangka panjang dibandingkan dengan cadangan sekunder. Instrumen untuk investment anatara lain sahamyang dibeli melalui Bursa Efek dan Obligasi dengan berbagai jenisnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan investment adalah:
1.Tingkat bungan atau Capital gain
2.Kualitas atau keamanan
3.Mudah dierjualbelikan
4.Jangka waktu jatuh temponya
5.Pajak
6.Diversifikasi
Penggunaan Dana menurut sifat aktiva,Penggunaan dana berdasarkan sifat aktivanya adalah pengalokasian dana ke dalam bentuk aktiva yang dapat memberikan hasil dan tidak memberikan hasil bagi bank yang bersangkutan.
Penggunaan dana bank berdasarkan sifat aktiva dapat dibedakan sebagai berikut:
Aktiva Tidak Produktif, Adalah penanaman dana ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank terdiri dari:
•Alat Likuid, adalah aktiva yang dapat digunakan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Aktiva ini meurpakan aktiva yang paling likuid dari keseluruhan aktiva bank. Komponen alat-alat likuid menurut ketentuan. Aktiva bank yang dapat digolongkan sebagai cash asset adalah: Kas, giro pada bank Sentral, giro pada bank-bank lain.
•Aktiva tetap dan inventaris, bank hanya diperkenalkan mengguakan maksimal 50% dari total modalnya untuk membiayai seluruh aktiva tetap dan inventarisnya. Dalam perhitungan penyediaan modal minimum bank (CAR) penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris dimaksudkan sebagi aktiva tertimbang menurut resiko dengan bobot risiko 100%.
Aktiva Produktif, Adalah semuan penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif. Penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksud untuk memperoleh penghasilan sesuia dengan fungsinya.
Kredit, Adalah Penyediaa uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan termausk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA(Note Purchase Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Penempatan pada bank lain
Dalam bentuk call money, deposito berjangka, deposi on call, sertifikat deposito.
Surat-surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga meliputi surat-surat berharga jangka pendek dan jangka panjang yang dimaksudnya untuk memepertinggi profitabilitas bank.
Penyertaan
Bentuk saham secara langsung pada bank atau lembaga keuntungan lain yang berkedudukan di dalam dan diluar negeri.
Rasio-rasio Likuiditas
Rasio-rasio yang umum digunakan untuk mengatur likuiditas bank antara lain adalah:
Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat likuid bank yag bersedia. Alat likuid bank terdiri atas uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank-bank koresponden. Semakin besar rasio ini semakin baik
Rasio Kredit terhadap total dana pihak ketiga.rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank.
Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total aktiva lancar yang meliputi kas, giro pada BI, SBI dan SPBU.
Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio surat-surat berharga, memberikan informasi bahwa semaki besar porsi penanaman dana dalam surat berharga yang jatuh temponya kurang dari satu tahun terhadap total portfolio surat-surat berharga semakin baik pula posisi likuiditas bank.
Total Kredit terhadap total asset. Rasio ini mengukur kemampuan bank memenuhi permintaan kredit dengan asset bank, kenaikan rasio ini menunjukkan rendahnya likuiditas bank.
Bank berdasarkan kepemilikannya terdiri atas: Bank umum milik Negara (Bank yang seluruh atau sebagian sahamnya dimilik pemerintah.oleh karena itu bank ini disebut bank pemerintah), bank umum swasta, bank campuran dan bank milik pemerintah daerah.
Permodalan Bank, Permodalan bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggapkan tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Modal merupakan factor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank.
Fungsi modal bank, Modal bank sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fungsional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Fungsi modal bank sebagai perlindungan terhadap masyarakat yang menyimpan dananya di bank pada saat bank di likuidasi merupakan hal yang dapat diterima, namun perlu diingat bahwa meskipun suatu bank memiliki modal kecil, tidak bearti bank tersebut dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Demikian pula mengenai fungsi pengamanan bila bank mengalami kerugian tidak selalu bank menggunakan seluruh modalnya untuk menutupi kerugian agar dapat terus beroperasi, kecuali misalnya kalau kesulitan berfisat sementara.Namun masalahnya akan lain apabila bank mengalami kerugian besar, kemungkinan operasi bank akan terhenti atau minimal akan terganggu.
Dana bank adalah sejumlah uang yang dimiliki atau aktiva lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya, sumber-sumber dana bank berasal dari:
* Dana dari modal Sendiri (Dana pihak ke-I) yang termasuk: modal yang disetor, cadangan, laba yang ditahan.
* Dana pinjaman dari pihak luar (Dana pihak ke-II), Terdiri dari pinjaman dari bank- bank lain, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, pinjaman dari BI atau lembaga bukan bank.
* Dana dari Masyarakat (Dana dari pihak ke-III), Dalam bentuk giro, deposito, tabungan.
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimilki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank setral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang biasanya dihubungkan dengan total asetnya setelah memperhitungkan risiko yang mungkin dihadapi maisng-masing asset. Ketentuan minimum permodalan tersebut biasanya digunakan suatu ukuran yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dihitung dengan membandingkan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan ttal aktiva tertimbang menurut risiko. Dalam manajement dana bank terdapat permasalahan yaitu Likuiditas dan Rentabilitas. Aktivitas Management Dana Bank adalah Menghimpun dana masyarakat, menjaga kepercayaan masyarakat, pemberian kredit.
Manajemen Likuidasi Bank
Likuidasi adalah tindakan pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pembubaran badan hukum bank.Likuidasi bank dilakukan dengan cara pencairan harta atau penagihan piutang kepada para debitor, diikuti dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditor dari hasil pencairan atau penagihan tersebut. Ketentuan likuidasi diatur dalam Pasal 37 UU No.10 Tahun 1998. Menurut ketentuan suatu bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, atau membahayakan system perbankan, Bank Indonesia dapat melakukan beberapa tindakaan yang dipandang perlu.Dana yang diperoleh dari bank harus digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai tujuan, tujuan pengalokasian dana harus mencapai tingkat profitabilitas yang cukup, dan harus tetap menjaga posisi likuidaditas agar dapat tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat. Dalam penggunaan dana terdapat beberapa prinsip yaitu: Sesuai dengan prioritas penggunaan dana dan sifat aktiva bank.
Penggunaan dana bank dua prioritas pertama adalah dalam bentuk cadangan likuiditas yang terdiri dari cadangan primer dan cadangan sekunder.
Cadangan Primer, Cadangan primer atau primary reserves yang dimaksud antara lain untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum dan untuk keperluan operasi bank sehari-hari termasuk untuk memenuhi semua penarikan simpanan dan permintaan kredit nasabah. Selain itu juga digunakan untuk penyelesaian kliring antarbank dan kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dibayar. Cadangan primer ini terdiri dari uang ka syang ada dalam bank, saldo rekening giro pada bank sentral, dan bank-bank lainnya, warkat-warkat yang dalam proses penagihan. Komponen ini sering disebut cash asset atau alat-alat likuid.
Cadangan Sekunder, Prioritas kedua penggunaan dana adalah dalam bentuk cadangan sekunder atau secondary rserves yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya kurang dari satu tahun, cadangan ini dimaksud untuk keperluan likuditas dan memperoleh keuntungan.
Fungsi cadangan sekunder antara lain: Memenuhi kebutuhan kas yang bersifat jangka pendek dan musiman dari penarikan simpanan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan, memenuh kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari deposan dan penarikan nasabah debitur. karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak dapat diperkirakan, maka cadangan sekunder harus ditanamkan dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjual belika. Di Indonesia instrument cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia(SBI), Surat Berharga Pasar Uang(SBPU) dan Sertifikat Deposito. Sedangkan di luar negeri misalnya Amerika Serikat, cadangan sekunder bisa berupa Federal Funds, surat-surat berharga jangka pendek yang diterbitkan pemerintah Federal mauun Negara bagian serta perusahaan besar lainnya misalnya: treasury bils dan commercial papers.
Penyaluran Kredit
Pemberian kredit atau loan kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijakan perkreditan bank.Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatana usaha ini.
Investments
Investment adalah penanaman dana dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang. Tujuan penggunaan dana ini untuk memaksimalkan penghasilan. Meskipun dalam praktiknya dapat juga digunakan sebagi sumber likuiditas. Investments pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas karena pengalokasian dana untuk prioritas ini diharapkan akan memberikan pendapatan yang memadai, maka sifat asset ini biasanya lebih permanen atau berjangka panjang dibandingkan dengan cadangan sekunder. Instrumen untuk investment anatara lain sahamyang dibeli melalui Bursa Efek dan Obligasi dengan berbagai jenisnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan investment adalah:
1.Tingkat bungan atau Capital gain
2.Kualitas atau keamanan
3.Mudah dierjualbelikan
4.Jangka waktu jatuh temponya
5.Pajak
6.Diversifikasi
Penggunaan Dana menurut sifat aktiva,Penggunaan dana berdasarkan sifat aktivanya adalah pengalokasian dana ke dalam bentuk aktiva yang dapat memberikan hasil dan tidak memberikan hasil bagi bank yang bersangkutan.
Penggunaan dana bank berdasarkan sifat aktiva dapat dibedakan sebagai berikut:
Aktiva Tidak Produktif, Adalah penanaman dana ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank terdiri dari:
•Alat Likuid, adalah aktiva yang dapat digunakan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Aktiva ini meurpakan aktiva yang paling likuid dari keseluruhan aktiva bank. Komponen alat-alat likuid menurut ketentuan. Aktiva bank yang dapat digolongkan sebagai cash asset adalah: Kas, giro pada bank Sentral, giro pada bank-bank lain.
•Aktiva tetap dan inventaris, bank hanya diperkenalkan mengguakan maksimal 50% dari total modalnya untuk membiayai seluruh aktiva tetap dan inventarisnya. Dalam perhitungan penyediaan modal minimum bank (CAR) penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris dimaksudkan sebagi aktiva tertimbang menurut resiko dengan bobot risiko 100%.
Aktiva Produktif, Adalah semuan penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif. Penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksud untuk memperoleh penghasilan sesuia dengan fungsinya.
Kredit, Adalah Penyediaa uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan termausk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA(Note Purchase Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Penempatan pada bank lain
Dalam bentuk call money, deposito berjangka, deposi on call, sertifikat deposito.
Surat-surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga meliputi surat-surat berharga jangka pendek dan jangka panjang yang dimaksudnya untuk memepertinggi profitabilitas bank.
Penyertaan
Bentuk saham secara langsung pada bank atau lembaga keuntungan lain yang berkedudukan di dalam dan diluar negeri.
Rasio-rasio Likuiditas
Rasio-rasio yang umum digunakan untuk mengatur likuiditas bank antara lain adalah:
Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat likuid bank yag bersedia. Alat likuid bank terdiri atas uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank-bank koresponden. Semakin besar rasio ini semakin baik
Rasio Kredit terhadap total dana pihak ketiga.rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank.
Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total aktiva lancar yang meliputi kas, giro pada BI, SBI dan SPBU.
Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio surat-surat berharga, memberikan informasi bahwa semaki besar porsi penanaman dana dalam surat berharga yang jatuh temponya kurang dari satu tahun terhadap total portfolio surat-surat berharga semakin baik pula posisi likuiditas bank.
Total Kredit terhadap total asset. Rasio ini mengukur kemampuan bank memenuhi permintaan kredit dengan asset bank, kenaikan rasio ini menunjukkan rendahnya likuiditas bank.
Minggu, 17 Januari 2010
Ekonomi- Pemerintahan
Analisa Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Study kasus : PT.Timah, Tbk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah PT.Timah,Tbk
Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij(NVSITEM).Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebutdigabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara(PN)Tambang Timah.Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.
1.2 Reformasi Keuangan Daerah
Sejak Januari 2001 bangsa dan negara Indonesia memulai babak baru penyelenggaraan pemerintahan, dimana Otonomi Daerah dilaksanakan di seluruh Dati II (kota dan kabupaten) yang jumlahnya mencapai 336. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat diserahkan pada daerah, kecuali lima bidang; Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Peradilan, Moneter, Fiskal dan Agama.(Brahmantio,2002)
Hal ini menimbulkan peningkatan tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan (penyediaan barang publik dan pembangunan ekonomi) di tingkat daerah yang sangat besar, khususnya pada bidang pendidikan yang merupakan unsur esensial dalam pembangunan daerah dan telah menjadi salah satu bagian utama kebutuhan penduduk. Namun, kemampuan daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tersebut dapat dikatakan sangat terbatas, mengingat peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah dalam penerimaan APBD daerah kota/kabupaten dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) serta kemampuan manajemen sektor pendidikan di tingkat daerah masih sangat terbatas. (Brahmantio, 2002).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah didefinisikan sebagai Kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan, aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan untuk mengatur diri sendiri itu luas, nyata dan bertanggung-jawab. (Abd Rachim, 2006).
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di UU Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah menggantikan UU No. 22 tahun 1999.Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah. (dalam sidik et al, 2002, yang dikutip oleh Maemunah, 2006).
Berlakunya Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan mendasar pada system dan mekanisme pengelolaan pemerintahan daerah. UU ini menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda (Pemerintah Daerah), Pempus (Pemerintah Pusat) akan mentransferkan dana perimbangan kepada Pemda. Dana Perimbangan tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat. Disamping itu, Pemerintah Daerah juga memiliki sumber pendanaan sendiri serupa PAD, Pinjaman daerah,maupun penerimaan daerah yang sah.
1.3 Latar Belakang Konflik Pengusaan
Timah adalah salah satu sumberdaya tambang yang sudah ditambang jauh sebelum VOC memonopoli perdagangannya. Perdagangannya berpusar di pasar timah Asia baik di Cina dan India, dan awal abad ke 19 bergeser ke pasar timah di London. Timah Bangka ini telah menjadi pusat perhatian dan tarik menarik dari ketiga arah kekuasaan yang berbeda; Palembang, Batavia/Jakarta dan Singapura, beriring sejajar dengan di bawah kendali mana Bangka dan Belitung diatur pemerintahan dan bisnis timahnya.
1.3.1 Dari monopoli ke “pasar bebas”
Ada berbagai tipe politik penguasaan sumberdaya timah dari zaman ke zaman. Pada masa VOC, politik penguasaan sumberdaya timah melalui sistem monopoli perdagangannya melalui Sultan Palembang. Sistem ini tidaklah tipikal untuk Bangka, akan tetapi juga berlaku untuk wilayah produksi timah di kawasan Asia Tenggara yang lain seperti di Malaysia dan Thailand pada abad ke 18. Tetapi sejak pemerintahan singkat Inggris dan kemudian Belanda sampai ke rejim Orde Lama dan Orde Baru, sistem monopoli timah Bangka sudah meluas, tidak hanya mengontrol perdagangan saja, tetapi pelan-pelan juga menguasai wilayah produksi dan tenaga kerja. Perubahan tersebut sejalan dengan perubahan politik pemerintahan. Sejak berakhirnya VOC dan mulainya Inggris mengontrol Bangka, maka periode ini adalah awal lepasnya Bangka dari penguasaan Sultan Palembang. Sistem ini dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda (1816-1942). Bangka menjadi sebuah Karesidenan, di bawah kontrol seorang Residen yang berfungsi ganda, sebagai Kepala Pemerintahan dan sebagai Kepala Tambang sampai dekade pertama abad ke-20. Setelah itu baru terjadi pemisahan, Residen dipindahkan kedudukannya ke Pangkal Pinang dan Kepala Tambang mengelola perusahaan tambang timah negara yang disebut Banka Tin Winning (BTW), berkedudukan di Mentok. Belitung dikelola oleh sebuah perusahaan swasta, Billiton Maatschappij, yang memonopoli seluruh Belitung dengan sistem pemerintahan sendiri yang agak aneh, di bawah kontrol Asisten Residen yang langsung berhubungan dengan pemerintah pusat di Batavia. Belitung menjadi sebuah ‘company island’ (Erwiza, 1995: Bab II).
Pada masa rejim pemerintahan Orde Lama sistem monopoli ala Belanda diteruskan untuk Bangka dan kemudian juga untuk Belitung dan Singkep (setelah perusahaan-perusahaan timahnya dinasinalisasi) di bawah pengelolaan sebuah perusahaan PN/PT.Timah sampai ke masa Orde Baru. Politik monopoli bisnis timah Orde Baru ini disertai dengan kontrol negara (lewat militer) yang begitu kuat terhadap penduduk Bangka Belitung. Mereka akan dihukum berat jika ditemukan menyimpan timah di rumah, apalagi menambangnya atau menjualnya, karena timah adalah komoditi strategis yang dikuasai oleh negara. Hanya ada dua perusahaan yang menguasai penambangan dan pemasaran timah Bangka-Belitung yaitu, PT.Timah dan perusahaan patungannya, PT.Koba Tin. Sistem monopoli semacam ini berakhir di Era Reformasi, di mana penguasaan terhadap penambangan dan pemasaran timah sudah mengalami perubahan drastis. PT.Timah bukan lagi perusahaan yang memonopoli bisnis penambangan dan pemasaran timah (pasir timah), muncul berbagai perusahaan penambangan [lokal], perusahaan pencairan timah lokal dan penambangan inkovensional (TI). Era peralihan dari sistem monopoli ke ‘pasar bebas’ ini telah menimbulkan banyak gejolak, konflik antar departemen di pusat, antar pusat dan propinsi dan antar propinsi dan kabupaten, antar perusahaan timah dulunya memonopoli penambangan (PT.Timah dan PT.Koba Tin) dengan perusahaan-perusahaan yang baru muncul setelah era reformasi, dan pertambangan rakyat (TI). Konflik-konflik itu berlapis banyak, tidak sekedar konflik bisnis, juga konflik politik dan kekuasaan dan masing-masing mencap diri ‘we say legal and you are illegal’, mencari argumentasi pada masalah hukum dan peraturan-peraturan demi untuk pen’cap’an itu. Ada semacam resistensi yang endemis yang berupa penyelundupan yang terjadi sepanjang sejarah sistem penguasaan bisnis penambangan timah yang monopolistik ke era yang saya sebut ‘transisi’ ke pasar bebas ini. Bisnis illegal ini complicated, susah dicegah, karena adanya ‘persekongkolan’ antar aktor-aktor dari institusi formal dengan masyarakat yang ingin mencari untung dari bisnis ini. Mulai zaman VOC, Sultan Lingga yang ingin menguasai timah Bangka dan ingin merebutnya dari Sultan Palembang yang kuat yang ‘berteman’ dengan VOC menyediakan pulaunya untuk pasar selundupan. Praktek ekononomi illegal inilah menjadi ‘saudara kembar’ dari munculnya ‘negara bayangan’.
1.3.2. Hubungan Kekuasaan dan Politik Pengusaan Era Reformasi
Dalam sistem penguasaan bisnis penambangan timah akan terlihat hubungan-hubungan kekuasaan antara aktor-aktor dalam instansi formal dan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Siapa mendapatkan apa dan bagaimana mendapatkannya adalah politik penguasaan dalam arti umum. Di sini kita akan melihat bagaimana hubungan-hubungan kekuasaan antara aktor-aktor formal di era desentralisasi, otonomi daerah dan liberalisasi/globalisasi.
Peralihan dari era kolonial/Orde Baru yang sentralistik ke Era Reformasi sebagaimana dijelaskan di atas telah membawa sistem penguasaan bisnis penambangan timah dan kewenangan pemberian izin terfragmentasi. Era otonomi daerah memberikan kesempatan kepada daerah tidak kecuali Bangka untuk meningkatkan sumber pendapatan daerahnya dari kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki yang selama ini lebih banyak dialirkan ke pusat. Wilayah-wilayah yang memiliki sumber daya alam yang kaya misalnya propinsi Riau, Bengkulu dan juga Bangka-Belitung termasuk daerah yang tertinggal dibanding dengan daerah-daerah tetangganya di pulau Sumatera. Bagi Bangka-Belitung, perjuangan untuk menguasai dan menikmati sumberdaya alam timahnya sudah berkali-kali dilakukan, dimulai dengan tuntutan pembentukan propinsi Bangka-Belitung pada tahun 1956, dan kemudian berulangkali di era Orde Baru pada tahun 1970-an, 1980an dan kemudian 1990an dan baru berhasil di Era Reformasi. Tuntutan pembentukan propinsi ini dimaksudkan untuk merebut penguasaan timahnya dari Palembang dan dari pemerintah pusat. Selain itu juga ada tuntutan manajemen PT.Timah dikelola oleh putra daerah, tuntutan pemilikan saham di perusahaan tersebut serta perjuangan daerah untuk memberikan izin penambangan dan penjualan pasir timah kepada masyarakat Bangka. Hal yang terakhir ini telah membawa perubahan drastis dalam politik penguasaan timah dan menimbulkan konflik yang njelimet dan tarik menarik kekuasaan antar aktor-aktor di institusi pemerintahan antar pusat, pusat-daerah dan antara propinsi dan kabupaten. Puncaknya berakhir dengan peristiwa ‘Oktober kelabu 2006’, penyerangan para penambang TI ke kantor gubernur dan penangkapan para pemilik smelster dan campur tangan pemerintah pusat untuk ‘mengamankan’ pulau itu. Era reformasi, euforia demokrasi, otonomi daerah telah digunakan sebagai semacam counter produktif oleh peran pemerintah daerah yang selama ini sangat lemah dan peran perusahaan timah yang kuat sebagai akibat perpanjangan tangan pemerintah pusat. Lemahnya peran pemerintah dan kuatnya peran perusahaan timah selama periode kolonial/Orde Baru telah menciptakan ‘state within the state’ di kedua pulau itu. Diharapkan bahwa peralihan penguasaan dari pusat ke pemerintah daerah akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar untuk membangun Bangka dan untuk mensejahterakan masyarakat kedua pulau itu.
Dan melihat keadaan diatas mendorong penulis untuk mengambil judul “Analisa Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah(PAD)” PT.Timah, Tbk sebagai studi kasus hal ini untuk melihat seberapa besar kontribusi BUMD dalam menunjang pendapatan daerah setempat atas hadirnya kebijakan otonomi daerah.
Study kasus : PT.Timah, Tbk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah PT.Timah,Tbk
Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij(NVSITEM).Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebutdigabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara(PN)Tambang Timah.Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.
1.2 Reformasi Keuangan Daerah
Sejak Januari 2001 bangsa dan negara Indonesia memulai babak baru penyelenggaraan pemerintahan, dimana Otonomi Daerah dilaksanakan di seluruh Dati II (kota dan kabupaten) yang jumlahnya mencapai 336. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat diserahkan pada daerah, kecuali lima bidang; Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Peradilan, Moneter, Fiskal dan Agama.(Brahmantio,2002)
Hal ini menimbulkan peningkatan tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan (penyediaan barang publik dan pembangunan ekonomi) di tingkat daerah yang sangat besar, khususnya pada bidang pendidikan yang merupakan unsur esensial dalam pembangunan daerah dan telah menjadi salah satu bagian utama kebutuhan penduduk. Namun, kemampuan daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tersebut dapat dikatakan sangat terbatas, mengingat peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah dalam penerimaan APBD daerah kota/kabupaten dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) serta kemampuan manajemen sektor pendidikan di tingkat daerah masih sangat terbatas. (Brahmantio, 2002).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah didefinisikan sebagai Kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan, aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan untuk mengatur diri sendiri itu luas, nyata dan bertanggung-jawab. (Abd Rachim, 2006).
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di UU Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah menggantikan UU No. 22 tahun 1999.Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah. (dalam sidik et al, 2002, yang dikutip oleh Maemunah, 2006).
Berlakunya Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan mendasar pada system dan mekanisme pengelolaan pemerintahan daerah. UU ini menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda (Pemerintah Daerah), Pempus (Pemerintah Pusat) akan mentransferkan dana perimbangan kepada Pemda. Dana Perimbangan tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat. Disamping itu, Pemerintah Daerah juga memiliki sumber pendanaan sendiri serupa PAD, Pinjaman daerah,maupun penerimaan daerah yang sah.
1.3 Latar Belakang Konflik Pengusaan
Timah adalah salah satu sumberdaya tambang yang sudah ditambang jauh sebelum VOC memonopoli perdagangannya. Perdagangannya berpusar di pasar timah Asia baik di Cina dan India, dan awal abad ke 19 bergeser ke pasar timah di London. Timah Bangka ini telah menjadi pusat perhatian dan tarik menarik dari ketiga arah kekuasaan yang berbeda; Palembang, Batavia/Jakarta dan Singapura, beriring sejajar dengan di bawah kendali mana Bangka dan Belitung diatur pemerintahan dan bisnis timahnya.
1.3.1 Dari monopoli ke “pasar bebas”
Ada berbagai tipe politik penguasaan sumberdaya timah dari zaman ke zaman. Pada masa VOC, politik penguasaan sumberdaya timah melalui sistem monopoli perdagangannya melalui Sultan Palembang. Sistem ini tidaklah tipikal untuk Bangka, akan tetapi juga berlaku untuk wilayah produksi timah di kawasan Asia Tenggara yang lain seperti di Malaysia dan Thailand pada abad ke 18. Tetapi sejak pemerintahan singkat Inggris dan kemudian Belanda sampai ke rejim Orde Lama dan Orde Baru, sistem monopoli timah Bangka sudah meluas, tidak hanya mengontrol perdagangan saja, tetapi pelan-pelan juga menguasai wilayah produksi dan tenaga kerja. Perubahan tersebut sejalan dengan perubahan politik pemerintahan. Sejak berakhirnya VOC dan mulainya Inggris mengontrol Bangka, maka periode ini adalah awal lepasnya Bangka dari penguasaan Sultan Palembang. Sistem ini dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda (1816-1942). Bangka menjadi sebuah Karesidenan, di bawah kontrol seorang Residen yang berfungsi ganda, sebagai Kepala Pemerintahan dan sebagai Kepala Tambang sampai dekade pertama abad ke-20. Setelah itu baru terjadi pemisahan, Residen dipindahkan kedudukannya ke Pangkal Pinang dan Kepala Tambang mengelola perusahaan tambang timah negara yang disebut Banka Tin Winning (BTW), berkedudukan di Mentok. Belitung dikelola oleh sebuah perusahaan swasta, Billiton Maatschappij, yang memonopoli seluruh Belitung dengan sistem pemerintahan sendiri yang agak aneh, di bawah kontrol Asisten Residen yang langsung berhubungan dengan pemerintah pusat di Batavia. Belitung menjadi sebuah ‘company island’ (Erwiza, 1995: Bab II).
Pada masa rejim pemerintahan Orde Lama sistem monopoli ala Belanda diteruskan untuk Bangka dan kemudian juga untuk Belitung dan Singkep (setelah perusahaan-perusahaan timahnya dinasinalisasi) di bawah pengelolaan sebuah perusahaan PN/PT.Timah sampai ke masa Orde Baru. Politik monopoli bisnis timah Orde Baru ini disertai dengan kontrol negara (lewat militer) yang begitu kuat terhadap penduduk Bangka Belitung. Mereka akan dihukum berat jika ditemukan menyimpan timah di rumah, apalagi menambangnya atau menjualnya, karena timah adalah komoditi strategis yang dikuasai oleh negara. Hanya ada dua perusahaan yang menguasai penambangan dan pemasaran timah Bangka-Belitung yaitu, PT.Timah dan perusahaan patungannya, PT.Koba Tin. Sistem monopoli semacam ini berakhir di Era Reformasi, di mana penguasaan terhadap penambangan dan pemasaran timah sudah mengalami perubahan drastis. PT.Timah bukan lagi perusahaan yang memonopoli bisnis penambangan dan pemasaran timah (pasir timah), muncul berbagai perusahaan penambangan [lokal], perusahaan pencairan timah lokal dan penambangan inkovensional (TI). Era peralihan dari sistem monopoli ke ‘pasar bebas’ ini telah menimbulkan banyak gejolak, konflik antar departemen di pusat, antar pusat dan propinsi dan antar propinsi dan kabupaten, antar perusahaan timah dulunya memonopoli penambangan (PT.Timah dan PT.Koba Tin) dengan perusahaan-perusahaan yang baru muncul setelah era reformasi, dan pertambangan rakyat (TI). Konflik-konflik itu berlapis banyak, tidak sekedar konflik bisnis, juga konflik politik dan kekuasaan dan masing-masing mencap diri ‘we say legal and you are illegal’, mencari argumentasi pada masalah hukum dan peraturan-peraturan demi untuk pen’cap’an itu. Ada semacam resistensi yang endemis yang berupa penyelundupan yang terjadi sepanjang sejarah sistem penguasaan bisnis penambangan timah yang monopolistik ke era yang saya sebut ‘transisi’ ke pasar bebas ini. Bisnis illegal ini complicated, susah dicegah, karena adanya ‘persekongkolan’ antar aktor-aktor dari institusi formal dengan masyarakat yang ingin mencari untung dari bisnis ini. Mulai zaman VOC, Sultan Lingga yang ingin menguasai timah Bangka dan ingin merebutnya dari Sultan Palembang yang kuat yang ‘berteman’ dengan VOC menyediakan pulaunya untuk pasar selundupan. Praktek ekononomi illegal inilah menjadi ‘saudara kembar’ dari munculnya ‘negara bayangan’.
1.3.2. Hubungan Kekuasaan dan Politik Pengusaan Era Reformasi
Dalam sistem penguasaan bisnis penambangan timah akan terlihat hubungan-hubungan kekuasaan antara aktor-aktor dalam instansi formal dan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Siapa mendapatkan apa dan bagaimana mendapatkannya adalah politik penguasaan dalam arti umum. Di sini kita akan melihat bagaimana hubungan-hubungan kekuasaan antara aktor-aktor formal di era desentralisasi, otonomi daerah dan liberalisasi/globalisasi.
Peralihan dari era kolonial/Orde Baru yang sentralistik ke Era Reformasi sebagaimana dijelaskan di atas telah membawa sistem penguasaan bisnis penambangan timah dan kewenangan pemberian izin terfragmentasi. Era otonomi daerah memberikan kesempatan kepada daerah tidak kecuali Bangka untuk meningkatkan sumber pendapatan daerahnya dari kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki yang selama ini lebih banyak dialirkan ke pusat. Wilayah-wilayah yang memiliki sumber daya alam yang kaya misalnya propinsi Riau, Bengkulu dan juga Bangka-Belitung termasuk daerah yang tertinggal dibanding dengan daerah-daerah tetangganya di pulau Sumatera. Bagi Bangka-Belitung, perjuangan untuk menguasai dan menikmati sumberdaya alam timahnya sudah berkali-kali dilakukan, dimulai dengan tuntutan pembentukan propinsi Bangka-Belitung pada tahun 1956, dan kemudian berulangkali di era Orde Baru pada tahun 1970-an, 1980an dan kemudian 1990an dan baru berhasil di Era Reformasi. Tuntutan pembentukan propinsi ini dimaksudkan untuk merebut penguasaan timahnya dari Palembang dan dari pemerintah pusat. Selain itu juga ada tuntutan manajemen PT.Timah dikelola oleh putra daerah, tuntutan pemilikan saham di perusahaan tersebut serta perjuangan daerah untuk memberikan izin penambangan dan penjualan pasir timah kepada masyarakat Bangka. Hal yang terakhir ini telah membawa perubahan drastis dalam politik penguasaan timah dan menimbulkan konflik yang njelimet dan tarik menarik kekuasaan antar aktor-aktor di institusi pemerintahan antar pusat, pusat-daerah dan antara propinsi dan kabupaten. Puncaknya berakhir dengan peristiwa ‘Oktober kelabu 2006’, penyerangan para penambang TI ke kantor gubernur dan penangkapan para pemilik smelster dan campur tangan pemerintah pusat untuk ‘mengamankan’ pulau itu. Era reformasi, euforia demokrasi, otonomi daerah telah digunakan sebagai semacam counter produktif oleh peran pemerintah daerah yang selama ini sangat lemah dan peran perusahaan timah yang kuat sebagai akibat perpanjangan tangan pemerintah pusat. Lemahnya peran pemerintah dan kuatnya peran perusahaan timah selama periode kolonial/Orde Baru telah menciptakan ‘state within the state’ di kedua pulau itu. Diharapkan bahwa peralihan penguasaan dari pusat ke pemerintah daerah akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar untuk membangun Bangka dan untuk mensejahterakan masyarakat kedua pulau itu.
Dan melihat keadaan diatas mendorong penulis untuk mengambil judul “Analisa Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah(PAD)” PT.Timah, Tbk sebagai studi kasus hal ini untuk melihat seberapa besar kontribusi BUMD dalam menunjang pendapatan daerah setempat atas hadirnya kebijakan otonomi daerah.
Ekonomi- Perbankan
Pengaruh Non Performing Loans ( NPL) terhadap kesehatan Bank
Sebelum kita mengetahui apa hubungan yang terjadi antara NPL dengan kesehatan bank, dan seberapa berpengaruhnya NPL mempengaruhi kinerja perusahaan sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja indicator yang harus dimiliki suatu bank agar dapat dikatakan sehat.
1.Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan indokator untuk menilai permodalan bank, CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan,
Semakin besar CAR akan semakin besar pula daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan asset yang timbul karena masalah yang dihadapi. Jika CAR tinggi kepercayaan masyarakat terhadap bank akan semakin besar sehingga mengakibatkan meningkatnya saham perusahaan tersebut.
2.Return On Equity (ROE)
ROE merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam memperoleh laba. ROE diukur dengan membandingkan jumlah laba dengan jumlah dana yang telah digunakan. ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya. Ketika ROE naik makan harga saham perusahaan tersebut juga naik.
3.Loan Deposit To Ratio ( LDR )
LDR merupakan salah satu indicator likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR memberikan indikadi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank. Namun semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula.
4.Non Performing Loans ( NPL)
Pernyataan tentang LDR diatas sangat berhubungan dengan penjelasan tentang NPL berikut ini. NPL merupakan salah satu indicator kesehatan kualitas asset bank, penilaian asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Semakin tinggi niali NPL diatas 5% maka bank tersebut dikategorikan tidak sehat, NPL yang tinggi mempengaruhi terhadap laba yang didapat.
Dari sedikit penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan, dalam keadaan normal atau dikatakan lancar semakin tinggi nilai penyaluran kredit suatu bank akan memberikan keuntungan yang tinggi pula kepada bank tersebut namun jika dalam keadaan kredit bermasalah / NPL otomatis mempengaruhi terhadap perolehan return suatu bank. NPL sangat berpengaruh terhadap likuiditas, likuiditas yang kurang baik namun CAR-nya tinggi tetap akan mempengaruhi operasional bank, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam jangka pendek akan terganggu, tidak hanya itu kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang dengan menggunakan asset yang ada akan ikut terhambat karena jika kredit yang diberikan mengalami masalah otomatis aktiva perusahaan tidak lancar sehingga memaksakan keadaan perusahaan menggunakan modal untuk memenuhi kewajibannya, semakin banyak jumlah kredit yang bermasalah menyebabkan modal negative, telah dijelaskan sebelumnya modal yang tinggi akan menyebabkan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut dan sebaliknya pula. Rendahnya nilainya asset dan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan menyebabkan turunya nilai saham perusahaan tersebut, yang nantinya menyebabkan menurunnya pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang nantinya akan mengganggu tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
Sebelum kita mengetahui apa hubungan yang terjadi antara NPL dengan kesehatan bank, dan seberapa berpengaruhnya NPL mempengaruhi kinerja perusahaan sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja indicator yang harus dimiliki suatu bank agar dapat dikatakan sehat.
1.Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan indokator untuk menilai permodalan bank, CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan,
Semakin besar CAR akan semakin besar pula daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan asset yang timbul karena masalah yang dihadapi. Jika CAR tinggi kepercayaan masyarakat terhadap bank akan semakin besar sehingga mengakibatkan meningkatnya saham perusahaan tersebut.
2.Return On Equity (ROE)
ROE merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam memperoleh laba. ROE diukur dengan membandingkan jumlah laba dengan jumlah dana yang telah digunakan. ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya. Ketika ROE naik makan harga saham perusahaan tersebut juga naik.
3.Loan Deposit To Ratio ( LDR )
LDR merupakan salah satu indicator likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR memberikan indikadi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank. Namun semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula.
4.Non Performing Loans ( NPL)
Pernyataan tentang LDR diatas sangat berhubungan dengan penjelasan tentang NPL berikut ini. NPL merupakan salah satu indicator kesehatan kualitas asset bank, penilaian asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Semakin tinggi niali NPL diatas 5% maka bank tersebut dikategorikan tidak sehat, NPL yang tinggi mempengaruhi terhadap laba yang didapat.
Dari sedikit penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan, dalam keadaan normal atau dikatakan lancar semakin tinggi nilai penyaluran kredit suatu bank akan memberikan keuntungan yang tinggi pula kepada bank tersebut namun jika dalam keadaan kredit bermasalah / NPL otomatis mempengaruhi terhadap perolehan return suatu bank. NPL sangat berpengaruh terhadap likuiditas, likuiditas yang kurang baik namun CAR-nya tinggi tetap akan mempengaruhi operasional bank, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam jangka pendek akan terganggu, tidak hanya itu kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang dengan menggunakan asset yang ada akan ikut terhambat karena jika kredit yang diberikan mengalami masalah otomatis aktiva perusahaan tidak lancar sehingga memaksakan keadaan perusahaan menggunakan modal untuk memenuhi kewajibannya, semakin banyak jumlah kredit yang bermasalah menyebabkan modal negative, telah dijelaskan sebelumnya modal yang tinggi akan menyebabkan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut dan sebaliknya pula. Rendahnya nilainya asset dan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan menyebabkan turunya nilai saham perusahaan tersebut, yang nantinya menyebabkan menurunnya pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang nantinya akan mengganggu tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
Mau Mati Aja Ko’ Repot!!
“ Mau Mati Aja Ko’ Repot” say Gusdur hehehe….
Langsung aja deh..
Ini cerita tentang kematian, eit jangan takut dulu, saya tidak akan membuat cerita horror seperti sutradara film Indonesia yang sekarang sedang gemar sekali menyodori masyarakat kita dengan film-film tentang setan, pocong, kuntilanak, suster(dari susternya lagi ngepel sampe susternya lagi keramas) halah! Kok jadi ngebahas ginian sih…
Ceritanya gini, dimulai dengan ketika usia si X ini (karena ini cerita tentang temen saya), duwh diulang lagi deh. Dimulai ketika usianya 8 tahun. Saat itu dia sering sakit-sakitan. Orang tuangnya sangat mengkhawatirkan keadaannya yang sangat lemah. Dalam seminggu dia hanya masuk sekolah dua atau tiga hari saja , selebihnya hari-harinya dihabiskan di rumah skait untuk periksa ini dan itu lah (buset…penyakitan banget ya?). pada waktu itu dia tidak mengerti dan gak tahu ada apa dengan dirinya. Yang dia tahu, dia merasa sakit di dadanya jika dia kecapean atau habis berlari kencang. Waktu itu penyakitnya pernah kambuh hanya karena dia mengejar tukang es cendol di depan gang rumahnya (tukang cendolnya goncengan sama Rossi kali yah?)
Ibu guru dan teman-teman disekolahnya sering menanyakan dia sakit apa, tapi dia selalu menggeleng-gelengkan kepala, karena dia benar-benar tidak tahu apa penyakitnya. Tapi lama kelamaan dia juga penasaran. Lalu ketika suatu malam sebelum tidur, dia menanyakan kepada ibunya apa sebenarnya penyakit yang ada di badanya? Ibunya bilang, dia sakit lemah jantung. Ada masalah di jantung yang harus diobati dan ditangani oleh dokter selagi dia masih kecil supaya masalah jantungnya bisa diatasi dan segera sembuh. Lalu dia mengajukan pertanyaan kepada Ibunya lagi “ kata dokter, aku kapan sembuhnya Bu? Masih lama? Kalo aku gak sembuh, gimana Bu?”
Ketika itu ibunya tidak menjawab dan malah menangis. Besoknya, karena masih penasaran denga pertanyaan yang belum di jawab, dia menanyakan hal yang sama. Tapi kali ini kepada kakaknya yang sudah duduk di bangku SMU. Dan kakaknya mengatakan jika dia tidak berhasil diobati, dia akan meninggal dan kalau meninggal katanya akan pergi kesurga.
Ke surga? Surga itu dimana ya? Pertanyaan it uterus menerus mengiang-ingang di kepalanya. Lalu hari selanjutnya dia bertanya pada ayahnya, dimana surga itu. Ada apa disana, dan bagaimana kesana, dan siapa saja yang boleh pergi ke surga. Ayahnya bilang surga itu jauh sekali. Tidak bisa di capai dengan mobil, kereta dan pesawat terbang. Lalu, disurga ada malaikat-malaikat baik hati, bidadari-bidadari cantik dan istana yang besar dan indah. Pokoknya semua yang kita inginkan ada disurga.
“Lalu bagaimana caranya ke surga dan siapa saja yang boleh tinggal disana?” tanyanya pada ayahnya
Kita bisa ke surga apabila kita sudah tidak hidup lagi, dan orang-orang yang boleh tinggal disana orang-orang yang taat beragama, yang selalu beruat baik dan anak-anak kecil yang belum berdosa. Ah…apakah saya termasuk orang-orang yang bisa masuk dan tinggal disana, Yah? Ayahnya hanya menatapnya lalu tersenyum.
Lalu dia menbuat jawaban sendiri, yah sepertinya saya bisa masuk ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga. Kan saya masih kecil dan belum begitu banyak melakukan dosa, lagipula saya selalu menurut dan berbuat baik pada Ibu, Ayah dan Kakak, gumamnya dalam hati.
Karena kepolosannya dia memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa ke surga. Ah, saya kan sedang sakit. Kebetulan sekali kalau begitu tidak akan sulit membuat saya untuk pergi ke surga, mungkin sebentar lagi saya akan mati, lalu saya akan tinggal di surga. Ah…saya jadi tidak sabar menunggu mati.
Suatu saat ketika selesai diperiksa dia mendengar pembicaraan ibunya dengan dokter.
“jadi bagaimana perkembangan anak saya, Dok?” Tanya Ibunya
“kondisi jantung anak ibu mulai membaik. Tapi ingat, ibu harus menjaga makanan dan kondisi anak ibu dengan baik “ jawab Pak Dokter ramah.
Oh iya jangan sampai anak ibu makan jajanan pingir jalan apalagi semacam es cendol yang dijual di sekolah-sekolah atau dekat rumah.zat pewarnanya bisa membahayakan jantungnya” jelas sang dokter lagi.
“Aha…” teriaknya dalam hati. Saya bisa cepat mati kalau saya jajan di jalan dan makan es cendol. Ah…saya emang pecinta berate s cendol. Kebetulan sekali!! Saya tidak harus makan racun.
Seminggu kemudian ketika disekolah seminggu penuh dia membeli dua bungkus, eh tiga bungkus, mm….empat dink, empat bungkus es cendol diujung gang rumahnya. Wah…dia sangat menikmati es cendol itu dengan harapan besok dia bisa mati dan bisa kesurga dan bertemu bidadari cantik dan malaikat baik hati.
Ketika esok harinya, lah kok saya masih merasa berada di tempat yang sama di tempat yang kemrin saya tiduri. Loh, dimana saya? Apa saya masih ada di rumah? Apa di surga? Mengapa surga bentuknya persis dengan rumah saya? Apa saya belum sampai di surga? Beribu pertanyaan yang ada di pikirannya…
Karena kemarin merasa usaha belum maksimal maka keesokan harinya dia makin menggila. Tidak hanya es cendol yang dilahap tapi jajanan pingir jalan juga dilahap.
Tapi hari demi hari berjalan dengan tanpa ada perubahan dan tanda-tanda bahwa dia akan mati. Dia malah kelihatan makin sehat. “ Ah, sepertinya saya tidak akan pernah mati dalam waktu dekat ini, gagal deh aku ke surga”
Waktu terus berganti. Dan akhirnya temanku yang oon ini beranjak dewasa…(gak mati-mati ceritanya). Dia menjalani kehidupan dengan wajar seperti biasa, karena masih terobsesi dengan surga, selama kehidupannya pun dia selalu berprilaku baik, selalu menjalankan semua yang diperintahkan Agamanya. Dia berusaha tidak menambah dosanya agar sewaktu-waktu jika dia mati, bisa tetap ke surga.
Diam-diam dia masih berharap untuk bisa pergi secepatny ke surga, tentunya dengan cara yang halal. Tapi di masa remaja dia tidak mendapatkan kesempatan untuk mati secara halal, dia terus menunggu saat itu hingga akhirnya….
Sewaktu kuliah sepertinya dia mempunyai kesempatan untuk mati secara halal. Suatu ketika… seorang sahabatnya mengalami kecelakaan mobil dan terluka parah. Dia langsung menjenguknya malam itu karena kondisinya snagat parah, dia kehilangan banyak darah dan ginjalnya rusak tertusuk benda tajam. Lalu muncullah idenya yang konyol
“saya akan menyumbangkan ginjal saya dan semua organ yang dia butuhkan. Saya senang sekali dapat melakukan hal itu, karena itu akan membuat saya mati namun tetap secara halal” bisiknya dalam hati
Tapi sungguh malangnya nasibnya ketika dia sudah bersedia mendonorkan ginjalnya, tiba-tiba dokter berkata bahwa barusan ada seorang psien lain yang meninggal dan dia bersedia menyumbangkan ginjalnya.
“Ah…Saya tidak jadi mati donk” pikirnya
Lalu ketika itu datang lagi kesempatan lain, dia ditawari oleh yayasan kemanusiaan untuk pergi ke medan perang di Afganistan sebagai sukarelawan yang merawat tentara cidera.
Namun sudah hamper enam bulan dia berada di medan perang, keadaannya tetap sama, sehat wal afiat tanpa kurang satu apapun.
Dan sekarang dia sudah berkeluarga, dan memilki dua orang anak. Dan dia cukup bahagia dengan keluarganya. Namun entah mengapa dia belum bisa melupakan bagaimana caranya mati secara halal dan bisa kesurga.
Kehidupanpun terus berjalan. Ketika melahirkan anknya yang ketiga kondisinya sangat lemah. Dia hampir tidak bisa melihat dengan jelas muka anak yang baru dia lahirkan. Dan kita sempat berfikir inilah saatnya dia pergi dan kesurga, namun ternyata….!!! Padahal dokter berkata saat itu umurnya tidak akan lama lagi.
“Ah…saya akan mati juga. Akhirnya setelah sekian lama”
Tapi kalau aku mati, bagaimana nanti nasib anak-anakku? Siapa yang akan mengurus suami dan anak-anakku? Lalu pekerjaanku? Orangtuaku yang sudah mulai tua, siapa yang akan mengurus mereka kalau bukan aku? Ah…tidak bisa. Aku tidak bisa mati sekarang. Nanti saja lah, mereka masih membutuhkanku. Tapi..ini kesempatan baikku. Dari dulu aku menantikan kesempatan bisa mati seperti ini, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin sekali mati. Tapi saya tidak bisa mati sekarang masih banyak yang membutuhkan aku dan sepertinya saya tidak bisa meninggalkan mereka. Saya sudah terlanjur mencintai mereka melebihi keinginan besarku untuk mati dan pergi ke surga.
Okeh…baiklah saya harus segera membuat keputusan sebentar lagi negosiasi akan berakhir. Saya akan memutuskan untuk tetap ada di dunia ini untuk mereka. Saya harus merelakan kesempatan emas ini.
Tidak lama kemudian dia siuman, dan tersenyum kepada kami…lalu berkata
“saya tidak jadi mati lagi….tapi kali ini saya senang tidak jadi mati”
Allah maha tahu kapan waktu yang pantas untuk Dia mengambil miliknya, tak ada seorangpun yang tahu kapan dia akan pergi, untuk itu perbanyaklah point agar kita semua bisa mendapatkan reward atas apa yang telah kita lakukan. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang pantas tinggal di surga.
Langsung aja deh..
Ini cerita tentang kematian, eit jangan takut dulu, saya tidak akan membuat cerita horror seperti sutradara film Indonesia yang sekarang sedang gemar sekali menyodori masyarakat kita dengan film-film tentang setan, pocong, kuntilanak, suster(dari susternya lagi ngepel sampe susternya lagi keramas) halah! Kok jadi ngebahas ginian sih…
Ceritanya gini, dimulai dengan ketika usia si X ini (karena ini cerita tentang temen saya), duwh diulang lagi deh. Dimulai ketika usianya 8 tahun. Saat itu dia sering sakit-sakitan. Orang tuangnya sangat mengkhawatirkan keadaannya yang sangat lemah. Dalam seminggu dia hanya masuk sekolah dua atau tiga hari saja , selebihnya hari-harinya dihabiskan di rumah skait untuk periksa ini dan itu lah (buset…penyakitan banget ya?). pada waktu itu dia tidak mengerti dan gak tahu ada apa dengan dirinya. Yang dia tahu, dia merasa sakit di dadanya jika dia kecapean atau habis berlari kencang. Waktu itu penyakitnya pernah kambuh hanya karena dia mengejar tukang es cendol di depan gang rumahnya (tukang cendolnya goncengan sama Rossi kali yah?)
Ibu guru dan teman-teman disekolahnya sering menanyakan dia sakit apa, tapi dia selalu menggeleng-gelengkan kepala, karena dia benar-benar tidak tahu apa penyakitnya. Tapi lama kelamaan dia juga penasaran. Lalu ketika suatu malam sebelum tidur, dia menanyakan kepada ibunya apa sebenarnya penyakit yang ada di badanya? Ibunya bilang, dia sakit lemah jantung. Ada masalah di jantung yang harus diobati dan ditangani oleh dokter selagi dia masih kecil supaya masalah jantungnya bisa diatasi dan segera sembuh. Lalu dia mengajukan pertanyaan kepada Ibunya lagi “ kata dokter, aku kapan sembuhnya Bu? Masih lama? Kalo aku gak sembuh, gimana Bu?”
Ketika itu ibunya tidak menjawab dan malah menangis. Besoknya, karena masih penasaran denga pertanyaan yang belum di jawab, dia menanyakan hal yang sama. Tapi kali ini kepada kakaknya yang sudah duduk di bangku SMU. Dan kakaknya mengatakan jika dia tidak berhasil diobati, dia akan meninggal dan kalau meninggal katanya akan pergi kesurga.
Ke surga? Surga itu dimana ya? Pertanyaan it uterus menerus mengiang-ingang di kepalanya. Lalu hari selanjutnya dia bertanya pada ayahnya, dimana surga itu. Ada apa disana, dan bagaimana kesana, dan siapa saja yang boleh pergi ke surga. Ayahnya bilang surga itu jauh sekali. Tidak bisa di capai dengan mobil, kereta dan pesawat terbang. Lalu, disurga ada malaikat-malaikat baik hati, bidadari-bidadari cantik dan istana yang besar dan indah. Pokoknya semua yang kita inginkan ada disurga.
“Lalu bagaimana caranya ke surga dan siapa saja yang boleh tinggal disana?” tanyanya pada ayahnya
Kita bisa ke surga apabila kita sudah tidak hidup lagi, dan orang-orang yang boleh tinggal disana orang-orang yang taat beragama, yang selalu beruat baik dan anak-anak kecil yang belum berdosa. Ah…apakah saya termasuk orang-orang yang bisa masuk dan tinggal disana, Yah? Ayahnya hanya menatapnya lalu tersenyum.
Lalu dia menbuat jawaban sendiri, yah sepertinya saya bisa masuk ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga. Kan saya masih kecil dan belum begitu banyak melakukan dosa, lagipula saya selalu menurut dan berbuat baik pada Ibu, Ayah dan Kakak, gumamnya dalam hati.
Karena kepolosannya dia memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa ke surga. Ah, saya kan sedang sakit. Kebetulan sekali kalau begitu tidak akan sulit membuat saya untuk pergi ke surga, mungkin sebentar lagi saya akan mati, lalu saya akan tinggal di surga. Ah…saya jadi tidak sabar menunggu mati.
Suatu saat ketika selesai diperiksa dia mendengar pembicaraan ibunya dengan dokter.
“jadi bagaimana perkembangan anak saya, Dok?” Tanya Ibunya
“kondisi jantung anak ibu mulai membaik. Tapi ingat, ibu harus menjaga makanan dan kondisi anak ibu dengan baik “ jawab Pak Dokter ramah.
Oh iya jangan sampai anak ibu makan jajanan pingir jalan apalagi semacam es cendol yang dijual di sekolah-sekolah atau dekat rumah.zat pewarnanya bisa membahayakan jantungnya” jelas sang dokter lagi.
“Aha…” teriaknya dalam hati. Saya bisa cepat mati kalau saya jajan di jalan dan makan es cendol. Ah…saya emang pecinta berate s cendol. Kebetulan sekali!! Saya tidak harus makan racun.
Seminggu kemudian ketika disekolah seminggu penuh dia membeli dua bungkus, eh tiga bungkus, mm….empat dink, empat bungkus es cendol diujung gang rumahnya. Wah…dia sangat menikmati es cendol itu dengan harapan besok dia bisa mati dan bisa kesurga dan bertemu bidadari cantik dan malaikat baik hati.
Ketika esok harinya, lah kok saya masih merasa berada di tempat yang sama di tempat yang kemrin saya tiduri. Loh, dimana saya? Apa saya masih ada di rumah? Apa di surga? Mengapa surga bentuknya persis dengan rumah saya? Apa saya belum sampai di surga? Beribu pertanyaan yang ada di pikirannya…
Karena kemarin merasa usaha belum maksimal maka keesokan harinya dia makin menggila. Tidak hanya es cendol yang dilahap tapi jajanan pingir jalan juga dilahap.
Tapi hari demi hari berjalan dengan tanpa ada perubahan dan tanda-tanda bahwa dia akan mati. Dia malah kelihatan makin sehat. “ Ah, sepertinya saya tidak akan pernah mati dalam waktu dekat ini, gagal deh aku ke surga”
Waktu terus berganti. Dan akhirnya temanku yang oon ini beranjak dewasa…(gak mati-mati ceritanya). Dia menjalani kehidupan dengan wajar seperti biasa, karena masih terobsesi dengan surga, selama kehidupannya pun dia selalu berprilaku baik, selalu menjalankan semua yang diperintahkan Agamanya. Dia berusaha tidak menambah dosanya agar sewaktu-waktu jika dia mati, bisa tetap ke surga.
Diam-diam dia masih berharap untuk bisa pergi secepatny ke surga, tentunya dengan cara yang halal. Tapi di masa remaja dia tidak mendapatkan kesempatan untuk mati secara halal, dia terus menunggu saat itu hingga akhirnya….
Sewaktu kuliah sepertinya dia mempunyai kesempatan untuk mati secara halal. Suatu ketika… seorang sahabatnya mengalami kecelakaan mobil dan terluka parah. Dia langsung menjenguknya malam itu karena kondisinya snagat parah, dia kehilangan banyak darah dan ginjalnya rusak tertusuk benda tajam. Lalu muncullah idenya yang konyol
“saya akan menyumbangkan ginjal saya dan semua organ yang dia butuhkan. Saya senang sekali dapat melakukan hal itu, karena itu akan membuat saya mati namun tetap secara halal” bisiknya dalam hati
Tapi sungguh malangnya nasibnya ketika dia sudah bersedia mendonorkan ginjalnya, tiba-tiba dokter berkata bahwa barusan ada seorang psien lain yang meninggal dan dia bersedia menyumbangkan ginjalnya.
“Ah…Saya tidak jadi mati donk” pikirnya
Lalu ketika itu datang lagi kesempatan lain, dia ditawari oleh yayasan kemanusiaan untuk pergi ke medan perang di Afganistan sebagai sukarelawan yang merawat tentara cidera.
Namun sudah hamper enam bulan dia berada di medan perang, keadaannya tetap sama, sehat wal afiat tanpa kurang satu apapun.
Dan sekarang dia sudah berkeluarga, dan memilki dua orang anak. Dan dia cukup bahagia dengan keluarganya. Namun entah mengapa dia belum bisa melupakan bagaimana caranya mati secara halal dan bisa kesurga.
Kehidupanpun terus berjalan. Ketika melahirkan anknya yang ketiga kondisinya sangat lemah. Dia hampir tidak bisa melihat dengan jelas muka anak yang baru dia lahirkan. Dan kita sempat berfikir inilah saatnya dia pergi dan kesurga, namun ternyata….!!! Padahal dokter berkata saat itu umurnya tidak akan lama lagi.
“Ah…saya akan mati juga. Akhirnya setelah sekian lama”
Tapi kalau aku mati, bagaimana nanti nasib anak-anakku? Siapa yang akan mengurus suami dan anak-anakku? Lalu pekerjaanku? Orangtuaku yang sudah mulai tua, siapa yang akan mengurus mereka kalau bukan aku? Ah…tidak bisa. Aku tidak bisa mati sekarang. Nanti saja lah, mereka masih membutuhkanku. Tapi..ini kesempatan baikku. Dari dulu aku menantikan kesempatan bisa mati seperti ini, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin sekali mati. Tapi saya tidak bisa mati sekarang masih banyak yang membutuhkan aku dan sepertinya saya tidak bisa meninggalkan mereka. Saya sudah terlanjur mencintai mereka melebihi keinginan besarku untuk mati dan pergi ke surga.
Okeh…baiklah saya harus segera membuat keputusan sebentar lagi negosiasi akan berakhir. Saya akan memutuskan untuk tetap ada di dunia ini untuk mereka. Saya harus merelakan kesempatan emas ini.
Tidak lama kemudian dia siuman, dan tersenyum kepada kami…lalu berkata
“saya tidak jadi mati lagi….tapi kali ini saya senang tidak jadi mati”
Allah maha tahu kapan waktu yang pantas untuk Dia mengambil miliknya, tak ada seorangpun yang tahu kapan dia akan pergi, untuk itu perbanyaklah point agar kita semua bisa mendapatkan reward atas apa yang telah kita lakukan. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang pantas tinggal di surga.
Dia Yang Telah Pergi…
Aku senang. Aku akan menikah. Ah, betapa senangnya diriku. Aku merasa wanita aling berbahagia saat ini. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri. Dan aku akan mempunyai anak-anak yang lucu dan banyak. Aku benar-benar tidak sabar membayangkan hari-hari yang akan aku lalui bersama dia, calon suamiku, belahan hatiku, calon ayah dari anak-anakku…
Setibanya di Rumah Dani, aku disambut oleh kakak-kakaknya dengan pelukan dan bertubi-tubi pertanyaan yang biasa dilontarkan oleh keluarga calon suami. Aku sampai tidak harus menjawab yang mana dulu, tapi aku tetap senang. Mereka membawaku ke taman belakang, ke sebuah gazebo yang cukup besar yang sudah di penuhi oleh berbagai macam cemilan kecil dan minuman-minuman segar. Ketika aku menengok ke dalam rumah, orangtuaku dan orangtua Dani terlihat sedang berbincang-bincang seru di ruang tamu. Mereka sudah tiba terlebih dahulu sekitar dua jam yang lalu. Aku tidak mau mengganggu mereka, lagipula aku ingin tetap berada di sini, di tengah-tengah kakak-kakak dari kekasih hatiku. Mereka sangat menyenangkan dan ramah. Aku benar-benar merasa bagian dari mereka. Tapi dimana gerangan calon suamiku? Aku belum melihatnya dari tadi. Apa dia masih di kamar? Atau mungkin sedang keluar membeli sesuatu?
“Mas Dani kemana, Mba?” Tanyaku pada Mba Sarah, kakak pertama Dani.
“Kemana ya?” tadi si kayaknay di dapur. Mungkin dia msih di sana. Yah, kamu kaya gak tau dia aja. Klo udah di dapur suka lupa diri. Panggil gih” jawabnya sambil menata kembali kue-kue kecil di meja.
“Doooor…! “ kuteriak tepat di belakang telinganya. Dia terkejut sampai terlonjak dan tidak sengaja menumpahkan tepung maizena yang sedang dipegangnya ke bajuku. Langsung saja baju kesayanganku yang berwarna baby blue berubah menjadi putih.
“Aduh sayang…maaf! Kamu sih pake acara ngeget-ngagetin aku segala. Tumpah deh ke baju kamu. Maaf ya sayang….” Katanya dengan muka polos tapi tetap menampakkan ketampanan yang memebuatku semakin mencintainya.
“Hehehe…ga papa ko, sayang. Ini terigu kan? Bukan cat. Jadi masih bisa diilangin kan nodanya?” godaku sambil tersneyu manis.
“Ya bisa ilanglah..kan cuma tepung terigu. Nanti aku sendiri deh yang nyuciin” jawabnya dengan tidak mau kalah melemparkan senyum manisnya. Oh, tuhan…betapa beruntungnya aku memilikinya sebagai suami. Ups, maksudku calon suami.
Hari pernikahanku sudah hamper tiba. Dua hari lagi. Dan aku akan resmi menjadi nyoanya Dani Lukman. Undangan sudah disebarkan ke semua kerabat dan teman serta keluarga.
Aku sedang berada di sebuah taxi bersama adikkku, Farid, ketika handphoneku berbunyi. Mba Sarah calling….terlihat di layar hpku. Dengan suara ringan dan sedikit becanda, kujawab “ Halo kakak ipar! Ada apa? Aku lagi di taxi nih sama Farid, tadi abis ke salon buat ngecek peralatan besok. Mba ada imana?”
“…..” tidak terdengar apa pun diseberang sana.
“Halo? Mba? Halo? Mba, Mba denger suara aku gak?” tanyaku dengan nada yang masih ringan. Aku berpikir mungkin sinyal di daerah yang sedang kulewati jelek, tapi ketika kutajamkan telingaku, aku mendengar suara isak tertahan dari seberang sana.
“Ni..kamu bisa ke sini sekarang?” suara Mba Sarah terdengar bergetar menahan tangis
“Mba kenapa? Mba ada dimana? Ada apa, Mba?! Mba sakit?” Tanyaku dengan panic. Kali ini suaraku meninggi dan sedikit terbata-bata panic.
“Aku di rumah sakit, Ni…di Rumah sakit Pondok Indah. Kamu sekarang ke sini ya. Penting banget”.
“Ada apa, Mba? Siapa yang sakit? Ayah Ibu ga papa, kan?”
“ Mereka ga papa. Mereka semua adadi sisi ko. Pokoknya kamu secepatnya langsung ke sini ya”.
“Tapi kenapa? Bilang dulu sama aku, ada apa?” jawabku. Suaraku bergetar dan air mata tiba-tiba menetes karena erasakan sesuatu yang tidak enak.
“Dani, Ni…Dani barusan kecelakaan. Mobilnya keluar dari jalan told an menabrak truk container. Sekarang dia ada di ICU. Kamu langsung ke sini aja ya….”
“….” Tiba-tiba aku merasa gelap di sekelilingku. Aku pun terjatuh di pangkuan adikku.
Ketika aku sadar dan memebuka mata, orang-orang menatapku dengan mata yang sembab. Semua mata itu menuju padaku dengan satu pandangan. Kasihan.
Aku mencoba bangun dan mencari tahu keadaan sekeliling. Aku berada di sebuah kama. Di rumah sakit. Oh ya, aku ingat…Dani!! Ya tuhan, di mana Dani? Calon suamiku? Apakah dia masih di ICU?
“Dani mana, Bu?” Tanyaku pada Ibu Dani yang duduk tepat di sampingku.
“Rani…sabar ya, sayang. Kamu sebaiknya istirahat dulu,” jawabnya sambil meneteskan air mata.
“Mana Dani? Aku mau ketemu dia! Mana Dani? Tanyaku pada semua orang di ruangan itu.
Semua diam. Sunyi.
“Mana Dani?!!!?? Kenapa kalian diam aja? Jawab…jawab aku, Mba. Jawab aku, Bu..Dani mana?!” kali ini aku berteriak campur menangis.
Mereka tetap membeku.
“Mana Dani, Bu…demi Allah, jawab pertanyaan aku” ibaku pada Ibu Dani.
“Dani udah pergi, sayang…Dani eninggal pas kamu baru sampe di sini”
“Ga mungkin…! Ga mungkin. Ini ga mungkin. Dani ga mungkin ninggalin aku. Kalian pasti bo’ong. Aku mau ketemu Dani. Kalian semua jahat. Aku benci kalian. Aku mau liat Dani. Aku mau cari Dani. Dimana dia sekarang?” kataku sambil menangis dan tertawa secara bersamaan.
“Allah sayang sama dia. Dia udah ga disini. Kita harus ikhlas…kita harus relain dia. Kita doain dia biar tenang di sana…” kata-kata ibu terdngar semakin lama semakin kecil dan samar…
Aku pun berteiak “DANNNIIIII…..!!!!” lalu akhirnya tenggelam dalam kegelapan yang pekat.
Hari ini hari ke 100 sejak kematian Dani. Aku masih tetap menutup diri dari semua orang. Aku tidak bicara dengan orang bila tidak ada keperluan. Selama 100 hari aku sibuk berbicara dengan tuhanku…sibuk mencari-cari jawaban mengapa Dia mengambil orange yang paling aku cintai dalam hidupku, tepat di malam sebelum pernikahanku.
Selama 100 hari aku marah, kesal, dan akhirnya rasa benci timbul pada Sang Penciptaku. Aku tidak mengerti betapa Dia tega memberikan ini semua kepadaku, aku tiak habis pikir salah besar apa yang pernah aku perbuat sehingga membuatNya mengambil Dani dariku.Aku benar-benar menjadi seorang yang marah pada Nya
Tapi semakin aku marah padaNya, semakin aku kehilangan diriku sendiri. Terkadang aku tidak tahu apakah aku masih hidup didunia ataukah sudah mati. Karena semua yang aku lakukan terlihat tidak nyata bagiku. Aku pun mulai melupakanNya.
Sejak saat itu aku pun benar-benar meninggalkanNya. Sebelumnya aku tidak pernah sekalipun meninggalkan kewajibanku sebagai seorang muslimah. Hari-hari dulu selalu dipenuhi oleh lantunan ayat-ayat suci, minggu-mingguku dulu selalu berisi saum Senin-Kamis yang menjadi penyejuk dam pemersatuku bersama Dani. Ya, alasan mengapa Dani begitu mencintaiku adalah karena kecintaanku pada Nya yang mebuat Dani merasa aku orang yang tepat yang tuhan kirim untuk dijadikan seorang istri. Tapi semua itu percuma, hati ini terlalu sakit. Aku merasa dikhianati oleh diriNya yang aku percaya sepanjang hidupku. Aku pun meninggalkanNya seperti Dani meninggalkanku.
Suatu hari, aku harus pergi ke Bogor. Pagi itu aku pergi naik taxi ke stasiun Depok. Karena telat, aku melewati ketera Ekspres yang seharusnya aku naiki. Terpaksa aku naik kereta kelas ekonomi. Sebelumnya aku tidak pernah naik kereta ekonomi seumur hidupku. Aku pasti langsung jijik membayangkan apa yang akan aku temui di dalam kereta jelek, baud an berisik itu. Tapi karena aku harus cepat-cepat sampai Bogor, aku tidak punya pilihan lain.
Benar saja, dalam kereta itu aku melihat banyak hal-ahal aneh dan terkadang menjijikan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Awalnya aku merasa sangat tidak nyaman dengan ornag-orang ini. Ah, aku tidak peduli. Kereta saat ini tidak begitu penuh. Aku memilih untuk tidak peduli dan diam atau kadang-kadang melayangkan pandanganku ke luar jendela. Setelah sepuluh menit menatap pemandangan luar kereta api ini, tiba-tiba aku teringat Dani. Aku ingat dia sangat menyukai sawah hijau yang terhampar luas. Dia pernah berkata “Subhanallah ya, sayang..Allah sayang banget sama negeri ini. Kita dikasih semuanya dengan mudah. Cuma emang kadang-kadang manusia sendiri yang gak bisa ngeliat kebesaranNya. Syukur kita orang-orang yang insyaAllah 100 persen menyadari kebesaran dan keagunganNya. Makanya kamu jangan lupa terus berdoa buat aku ya, buat diri kamu sendiri, buat kita.” Dan air mata pun mengalir deras tanpa seizinku. Tiba- tiba aku merindukanNya…dan tanpa kusadari, aku menyebutnya nama Nya.
“Astagfirullah..ada apa denganku?!”
Ketika itu aku langsung menangis dan menatap sekelilingku. Dimana aku? Ada apa denganku? Aku berusaha berpikir jernih dan mengingat-ingat semua. Dan aku ingat. Aku sedang marah padaNya. Aku sedang meninggalkanNya..tiba-tiba ada rasa ketakutan yang sangat pada diriku. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “ aku marah padaNya?” kenapa aku harus marah padaNya? Kenapa aku tidak menerima keputusanNya? Bukankah Dia pemilik semua hal di dunia ini? Bukankah aku hanya seorang yang juga milikNya, yang bisa Dia ambil kapan saja? Seketika aku menyadari betapa aku telah jauh berpaling dariNya. Aku menangis…..aku menyesal. Dalam hatiku aku berteriak, maafkan aku Tuhanku, Penyelamatku, Pemilikku, Pencita sejati…aku menyesal. Kumohon jangan tinggalkan aku…kumohon jangan biarkan aku tersesat terlalu jauh…aku menangis dengan kepedihan yang dalam.
Ketika aku larut dalam tangisan, tiba-tiba sebuah tangan dekil dan hitam mencolek pahaku sambil menengadahkan wajahnya yang kelihatan lelah tapi tetap tersenyum tulus. “Mba..sedekahnya, Mba…”katanya dengan suara lirih dan lemah. Kulihat sepintas anak gelandangan itu dengan mata basahku, lalu dengan gerakan lambat, kurogoh kantung jeansku. Biasanya di sana ada uang seribu atau lima ribu sisa kembalian taxi.t tapi ketika ku keluarkan tanganku dari kantong jeans, yang ku dapat hanya selembar uang lima ratus rupiah yang sudah lecek dan nyaris sobek tengahnya.
Dengan perasaan sedikit tidak enak, kuberikan uang lecek itu padanya. “Alhamdulillah…syukur Alhamdulillah hari ini saya bisa makan. Makasih, Mba..semoga Allah membalas kebaikan Mba.” Katanya dengan mata berbinar seraya menerima uang limaratus rupiah yang lecek dan hamper sobek itu.
Dan saat itu pun aku menegakkan badan, menatap dalam-dalam mata anak itu, tersenyum dan berkata pada diriku sendiri
“ Ternyata Dia tidak meninggalkanku….Dia masih di sini bersamaku, seperti dulu aku bersama Dani, dan sekarang pun aku masih bisa merasakannya. Dia tidak meninggalkanku!”
Setibanya di Rumah Dani, aku disambut oleh kakak-kakaknya dengan pelukan dan bertubi-tubi pertanyaan yang biasa dilontarkan oleh keluarga calon suami. Aku sampai tidak harus menjawab yang mana dulu, tapi aku tetap senang. Mereka membawaku ke taman belakang, ke sebuah gazebo yang cukup besar yang sudah di penuhi oleh berbagai macam cemilan kecil dan minuman-minuman segar. Ketika aku menengok ke dalam rumah, orangtuaku dan orangtua Dani terlihat sedang berbincang-bincang seru di ruang tamu. Mereka sudah tiba terlebih dahulu sekitar dua jam yang lalu. Aku tidak mau mengganggu mereka, lagipula aku ingin tetap berada di sini, di tengah-tengah kakak-kakak dari kekasih hatiku. Mereka sangat menyenangkan dan ramah. Aku benar-benar merasa bagian dari mereka. Tapi dimana gerangan calon suamiku? Aku belum melihatnya dari tadi. Apa dia masih di kamar? Atau mungkin sedang keluar membeli sesuatu?
“Mas Dani kemana, Mba?” Tanyaku pada Mba Sarah, kakak pertama Dani.
“Kemana ya?” tadi si kayaknay di dapur. Mungkin dia msih di sana. Yah, kamu kaya gak tau dia aja. Klo udah di dapur suka lupa diri. Panggil gih” jawabnya sambil menata kembali kue-kue kecil di meja.
“Doooor…! “ kuteriak tepat di belakang telinganya. Dia terkejut sampai terlonjak dan tidak sengaja menumpahkan tepung maizena yang sedang dipegangnya ke bajuku. Langsung saja baju kesayanganku yang berwarna baby blue berubah menjadi putih.
“Aduh sayang…maaf! Kamu sih pake acara ngeget-ngagetin aku segala. Tumpah deh ke baju kamu. Maaf ya sayang….” Katanya dengan muka polos tapi tetap menampakkan ketampanan yang memebuatku semakin mencintainya.
“Hehehe…ga papa ko, sayang. Ini terigu kan? Bukan cat. Jadi masih bisa diilangin kan nodanya?” godaku sambil tersneyu manis.
“Ya bisa ilanglah..kan cuma tepung terigu. Nanti aku sendiri deh yang nyuciin” jawabnya dengan tidak mau kalah melemparkan senyum manisnya. Oh, tuhan…betapa beruntungnya aku memilikinya sebagai suami. Ups, maksudku calon suami.
Hari pernikahanku sudah hamper tiba. Dua hari lagi. Dan aku akan resmi menjadi nyoanya Dani Lukman. Undangan sudah disebarkan ke semua kerabat dan teman serta keluarga.
Aku sedang berada di sebuah taxi bersama adikkku, Farid, ketika handphoneku berbunyi. Mba Sarah calling….terlihat di layar hpku. Dengan suara ringan dan sedikit becanda, kujawab “ Halo kakak ipar! Ada apa? Aku lagi di taxi nih sama Farid, tadi abis ke salon buat ngecek peralatan besok. Mba ada imana?”
“…..” tidak terdengar apa pun diseberang sana.
“Halo? Mba? Halo? Mba, Mba denger suara aku gak?” tanyaku dengan nada yang masih ringan. Aku berpikir mungkin sinyal di daerah yang sedang kulewati jelek, tapi ketika kutajamkan telingaku, aku mendengar suara isak tertahan dari seberang sana.
“Ni..kamu bisa ke sini sekarang?” suara Mba Sarah terdengar bergetar menahan tangis
“Mba kenapa? Mba ada dimana? Ada apa, Mba?! Mba sakit?” Tanyaku dengan panic. Kali ini suaraku meninggi dan sedikit terbata-bata panic.
“Aku di rumah sakit, Ni…di Rumah sakit Pondok Indah. Kamu sekarang ke sini ya. Penting banget”.
“Ada apa, Mba? Siapa yang sakit? Ayah Ibu ga papa, kan?”
“ Mereka ga papa. Mereka semua adadi sisi ko. Pokoknya kamu secepatnya langsung ke sini ya”.
“Tapi kenapa? Bilang dulu sama aku, ada apa?” jawabku. Suaraku bergetar dan air mata tiba-tiba menetes karena erasakan sesuatu yang tidak enak.
“Dani, Ni…Dani barusan kecelakaan. Mobilnya keluar dari jalan told an menabrak truk container. Sekarang dia ada di ICU. Kamu langsung ke sini aja ya….”
“….” Tiba-tiba aku merasa gelap di sekelilingku. Aku pun terjatuh di pangkuan adikku.
Ketika aku sadar dan memebuka mata, orang-orang menatapku dengan mata yang sembab. Semua mata itu menuju padaku dengan satu pandangan. Kasihan.
Aku mencoba bangun dan mencari tahu keadaan sekeliling. Aku berada di sebuah kama. Di rumah sakit. Oh ya, aku ingat…Dani!! Ya tuhan, di mana Dani? Calon suamiku? Apakah dia masih di ICU?
“Dani mana, Bu?” Tanyaku pada Ibu Dani yang duduk tepat di sampingku.
“Rani…sabar ya, sayang. Kamu sebaiknya istirahat dulu,” jawabnya sambil meneteskan air mata.
“Mana Dani? Aku mau ketemu dia! Mana Dani? Tanyaku pada semua orang di ruangan itu.
Semua diam. Sunyi.
“Mana Dani?!!!?? Kenapa kalian diam aja? Jawab…jawab aku, Mba. Jawab aku, Bu..Dani mana?!” kali ini aku berteriak campur menangis.
Mereka tetap membeku.
“Mana Dani, Bu…demi Allah, jawab pertanyaan aku” ibaku pada Ibu Dani.
“Dani udah pergi, sayang…Dani eninggal pas kamu baru sampe di sini”
“Ga mungkin…! Ga mungkin. Ini ga mungkin. Dani ga mungkin ninggalin aku. Kalian pasti bo’ong. Aku mau ketemu Dani. Kalian semua jahat. Aku benci kalian. Aku mau liat Dani. Aku mau cari Dani. Dimana dia sekarang?” kataku sambil menangis dan tertawa secara bersamaan.
“Allah sayang sama dia. Dia udah ga disini. Kita harus ikhlas…kita harus relain dia. Kita doain dia biar tenang di sana…” kata-kata ibu terdngar semakin lama semakin kecil dan samar…
Aku pun berteiak “DANNNIIIII…..!!!!” lalu akhirnya tenggelam dalam kegelapan yang pekat.
Hari ini hari ke 100 sejak kematian Dani. Aku masih tetap menutup diri dari semua orang. Aku tidak bicara dengan orang bila tidak ada keperluan. Selama 100 hari aku sibuk berbicara dengan tuhanku…sibuk mencari-cari jawaban mengapa Dia mengambil orange yang paling aku cintai dalam hidupku, tepat di malam sebelum pernikahanku.
Selama 100 hari aku marah, kesal, dan akhirnya rasa benci timbul pada Sang Penciptaku. Aku tidak mengerti betapa Dia tega memberikan ini semua kepadaku, aku tiak habis pikir salah besar apa yang pernah aku perbuat sehingga membuatNya mengambil Dani dariku.Aku benar-benar menjadi seorang yang marah pada Nya
Tapi semakin aku marah padaNya, semakin aku kehilangan diriku sendiri. Terkadang aku tidak tahu apakah aku masih hidup didunia ataukah sudah mati. Karena semua yang aku lakukan terlihat tidak nyata bagiku. Aku pun mulai melupakanNya.
Sejak saat itu aku pun benar-benar meninggalkanNya. Sebelumnya aku tidak pernah sekalipun meninggalkan kewajibanku sebagai seorang muslimah. Hari-hari dulu selalu dipenuhi oleh lantunan ayat-ayat suci, minggu-mingguku dulu selalu berisi saum Senin-Kamis yang menjadi penyejuk dam pemersatuku bersama Dani. Ya, alasan mengapa Dani begitu mencintaiku adalah karena kecintaanku pada Nya yang mebuat Dani merasa aku orang yang tepat yang tuhan kirim untuk dijadikan seorang istri. Tapi semua itu percuma, hati ini terlalu sakit. Aku merasa dikhianati oleh diriNya yang aku percaya sepanjang hidupku. Aku pun meninggalkanNya seperti Dani meninggalkanku.
Suatu hari, aku harus pergi ke Bogor. Pagi itu aku pergi naik taxi ke stasiun Depok. Karena telat, aku melewati ketera Ekspres yang seharusnya aku naiki. Terpaksa aku naik kereta kelas ekonomi. Sebelumnya aku tidak pernah naik kereta ekonomi seumur hidupku. Aku pasti langsung jijik membayangkan apa yang akan aku temui di dalam kereta jelek, baud an berisik itu. Tapi karena aku harus cepat-cepat sampai Bogor, aku tidak punya pilihan lain.
Benar saja, dalam kereta itu aku melihat banyak hal-ahal aneh dan terkadang menjijikan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Awalnya aku merasa sangat tidak nyaman dengan ornag-orang ini. Ah, aku tidak peduli. Kereta saat ini tidak begitu penuh. Aku memilih untuk tidak peduli dan diam atau kadang-kadang melayangkan pandanganku ke luar jendela. Setelah sepuluh menit menatap pemandangan luar kereta api ini, tiba-tiba aku teringat Dani. Aku ingat dia sangat menyukai sawah hijau yang terhampar luas. Dia pernah berkata “Subhanallah ya, sayang..Allah sayang banget sama negeri ini. Kita dikasih semuanya dengan mudah. Cuma emang kadang-kadang manusia sendiri yang gak bisa ngeliat kebesaranNya. Syukur kita orang-orang yang insyaAllah 100 persen menyadari kebesaran dan keagunganNya. Makanya kamu jangan lupa terus berdoa buat aku ya, buat diri kamu sendiri, buat kita.” Dan air mata pun mengalir deras tanpa seizinku. Tiba- tiba aku merindukanNya…dan tanpa kusadari, aku menyebutnya nama Nya.
“Astagfirullah..ada apa denganku?!”
Ketika itu aku langsung menangis dan menatap sekelilingku. Dimana aku? Ada apa denganku? Aku berusaha berpikir jernih dan mengingat-ingat semua. Dan aku ingat. Aku sedang marah padaNya. Aku sedang meninggalkanNya..tiba-tiba ada rasa ketakutan yang sangat pada diriku. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “ aku marah padaNya?” kenapa aku harus marah padaNya? Kenapa aku tidak menerima keputusanNya? Bukankah Dia pemilik semua hal di dunia ini? Bukankah aku hanya seorang yang juga milikNya, yang bisa Dia ambil kapan saja? Seketika aku menyadari betapa aku telah jauh berpaling dariNya. Aku menangis…..aku menyesal. Dalam hatiku aku berteriak, maafkan aku Tuhanku, Penyelamatku, Pemilikku, Pencita sejati…aku menyesal. Kumohon jangan tinggalkan aku…kumohon jangan biarkan aku tersesat terlalu jauh…aku menangis dengan kepedihan yang dalam.
Ketika aku larut dalam tangisan, tiba-tiba sebuah tangan dekil dan hitam mencolek pahaku sambil menengadahkan wajahnya yang kelihatan lelah tapi tetap tersenyum tulus. “Mba..sedekahnya, Mba…”katanya dengan suara lirih dan lemah. Kulihat sepintas anak gelandangan itu dengan mata basahku, lalu dengan gerakan lambat, kurogoh kantung jeansku. Biasanya di sana ada uang seribu atau lima ribu sisa kembalian taxi.t tapi ketika ku keluarkan tanganku dari kantong jeans, yang ku dapat hanya selembar uang lima ratus rupiah yang sudah lecek dan nyaris sobek tengahnya.
Dengan perasaan sedikit tidak enak, kuberikan uang lecek itu padanya. “Alhamdulillah…syukur Alhamdulillah hari ini saya bisa makan. Makasih, Mba..semoga Allah membalas kebaikan Mba.” Katanya dengan mata berbinar seraya menerima uang limaratus rupiah yang lecek dan hamper sobek itu.
Dan saat itu pun aku menegakkan badan, menatap dalam-dalam mata anak itu, tersenyum dan berkata pada diriku sendiri
“ Ternyata Dia tidak meninggalkanku….Dia masih di sini bersamaku, seperti dulu aku bersama Dani, dan sekarang pun aku masih bisa merasakannya. Dia tidak meninggalkanku!”
Sama Bukan Berati Sama
Aku terlahir sebagai anak kembar. Tapi bukan kembar identik. Ibuku bilang kepalaku menyembul ke dunia ini terlebih dahulu sebelum Fadil, adik kembarku. Orangtuaku member nama yang sama sekali tidak bahwa kami kembar. Baguslah. Aku senang dengan keputusan yang mereka buat. Aku memang tidak suka di sama-samakan dengan kembaranku.
Dari kecil, kami terbiasa dengan perbedaan yang ada diantara kami. Entah kenapa, walaupun aku dan adik kembarku berada dalam satu tempat yang sama selama Sembilan bulan dalam perut ibuku, aku merasa orang yang sangat berbeda dengan adik kembarku. Secara fisik dan mungkin mental.
Adikku mempunyai postur tubuh yang lebih tegap dan berwajah tampan. Sedangkan aku, postur tubuhku biasa saja. Bahkan cenderung agak besar dari ukuran adik kembarku. Wajahku pun tidak setampan wajah adikku. Sampai sekarangpun aku tidak mengerti kenapa. Perbedaan fisik kami pada awalnya bukan suatu masalah besar bagiku, sampai akhirnya kami menginjak masa remaja.
Ketika di SMU, aku tidak mempunyai begitu banyak teman. Beda dengan adik kembarku yang pergaulannya luas. Temanku hanya terdiri dari beberapa orang saja. Itupun jarang sekali yang mengunjungi ku ke rumah. Sedangkan adikku, hamper setiap malam dia di banjiri oleh tamu-tamu, teman sekolah, teman basket, tean karate, teman pencinta alam dan teman-teman lainnya.
Begitu juga dalam hal percintaan. Aku baru merasakan pacarang ketika aku berada di bangku SMU, sedangkan adikku sudah menebarkan pesonanya sejak dia masih duduk di bangku SMP. Entah sudah berapa kali dia bergonta-ganti pacar. Mungkin yang terakhir ini adalah pacar ke duapuluh delapan. Aku? Ah, tidak usah ditanya. Merasakan pacaran saja sudah bagus bagiku. Aku hanya dua kali berpacaran sampai sekarang. Itupun dengan perjuangan yang cukup berat untuk mendapatkan sang pujaan hatiku. Sampai akhirnya suatu hari aku mengetahui bahwa pacarku jalan dengan adik kembarku. Saat itu aku sangat marah pada adikku, dan pacarku. Tapi aku diam saja. Besoknya aku memutuskan untuk mengakhiri kisah cintaku dengan dia.
Perlakuan kedua orangtuaku mulai memperlihatkan perbedaan. Mereka selalu menyanjung adik kembarku ketika mereka mengambil raport di sekolah atau ketika adikku memenangkan suatu lomba yang di ikutinya.
“ Fadil emang pinter. Anak kebanggan ayah ibu. Tuh, Ndi..coba donk di contoh adikmu. Masa Fadli terus yang jadi juara kelas. Kamu juga belajar yang rajin donk. Masa kalah sama adik kamu.” Begitu kata ayahku selalu. Dan aku benci mendengar kata-kata seperti itu.
Lalu entah sejak kapan, aku mulai membenci adik kembarku. Dan aku ingin memiliki apa yang dia punya.
Aku jadi jarang berkomunikasi dengannya. Hanya jika ada keperluan. Aku mulai menarik diri dari dirinya dan keluargaku. Aku lebih sering menghabiskan waktu di kamar.
“Kak, male mini gw mau keluar bareng temen-temen. Ayah-ibu juga kayaknya mau pergi. Lo ga kemana-mana kan? Jaga rumah ya”. Begitu katanya suatu malam padaku. Aku hanya diam sambil terus menatap televise yang ada di depanku. Dalam hati, ku berkata “Pergilah, aku lebih suka sendiri di rumah daripada harus berdua denganmu!
“Kak, lo denger gw ga?” Ulangnya. Kali ini dia berdiri tepat di hadapanku sambil memasang tampang polosnya.
Ku anggukkan kepala tanda mengerti.
“Yaudah. Dasar aneh….” Kudengar dia berkata tapi nyaris seperti berbisik.
Deg.
Hati ini terasa sakit. Sakit bercampur benci. Mengapa dia berkata seperti itu padaku? Dia menganggap aku ANEH? Hah, aku tidak aneh. Aku benci kata aneh. Terlebih pada orang yang mengatakan bahwa aku aneh adalah adik kembarku. Kebencian yang selama ini ada, entah bagaimana telah berada pada puncaknya. Dengan tatapan dingin, aku melangkah keluar ketika adikku masih sibuk dengan pakaian dan sepatunya. Di bagasi ku pandangi mobil yang akan membawa adikku menikmati mala mini. Lalu, tanpa berfikir panjang, ku berjongkok ke bagian bawah mobil. Aku merayap ke dalam bagian bawah mobil dan menarik kabel rem mobil itu.
Besoknya ku dengar suara jeritan Ibu dibawah sana ketika menerima telepon dari rumah sakit. Adikku mengalami kecelakaan tadi malam. Mobilnya masuk jurang ketika perjalanan pulang dari puncak. Tapi adikkua selamat.
Perasaanku campur aduk ketika aku, ayah dan ibu berada di rumah sakit untu melihat keadaan adikku. Sedikit merasa bersalah pada adikku. Tapi ketika ku lihat keadaan dia, aku merasa kelegaan yang sangat.
Dia memang selamat. Tapi wajahnya tidak setampan dulu. Banyak bekas luka gores di seluruh mukanya, yang menjadikan dia terlihat ANEH.
Sambil menatap dirinya yang masih tertidur, ku sunggingkan sebuah senyuman untuknya dan berkata “ Tenang, De…gak usah sedih karena mukamu aneh. Kita berduakan memang kembar…”
Dari kecil, kami terbiasa dengan perbedaan yang ada diantara kami. Entah kenapa, walaupun aku dan adik kembarku berada dalam satu tempat yang sama selama Sembilan bulan dalam perut ibuku, aku merasa orang yang sangat berbeda dengan adik kembarku. Secara fisik dan mungkin mental.
Adikku mempunyai postur tubuh yang lebih tegap dan berwajah tampan. Sedangkan aku, postur tubuhku biasa saja. Bahkan cenderung agak besar dari ukuran adik kembarku. Wajahku pun tidak setampan wajah adikku. Sampai sekarangpun aku tidak mengerti kenapa. Perbedaan fisik kami pada awalnya bukan suatu masalah besar bagiku, sampai akhirnya kami menginjak masa remaja.
Ketika di SMU, aku tidak mempunyai begitu banyak teman. Beda dengan adik kembarku yang pergaulannya luas. Temanku hanya terdiri dari beberapa orang saja. Itupun jarang sekali yang mengunjungi ku ke rumah. Sedangkan adikku, hamper setiap malam dia di banjiri oleh tamu-tamu, teman sekolah, teman basket, tean karate, teman pencinta alam dan teman-teman lainnya.
Begitu juga dalam hal percintaan. Aku baru merasakan pacarang ketika aku berada di bangku SMU, sedangkan adikku sudah menebarkan pesonanya sejak dia masih duduk di bangku SMP. Entah sudah berapa kali dia bergonta-ganti pacar. Mungkin yang terakhir ini adalah pacar ke duapuluh delapan. Aku? Ah, tidak usah ditanya. Merasakan pacaran saja sudah bagus bagiku. Aku hanya dua kali berpacaran sampai sekarang. Itupun dengan perjuangan yang cukup berat untuk mendapatkan sang pujaan hatiku. Sampai akhirnya suatu hari aku mengetahui bahwa pacarku jalan dengan adik kembarku. Saat itu aku sangat marah pada adikku, dan pacarku. Tapi aku diam saja. Besoknya aku memutuskan untuk mengakhiri kisah cintaku dengan dia.
Perlakuan kedua orangtuaku mulai memperlihatkan perbedaan. Mereka selalu menyanjung adik kembarku ketika mereka mengambil raport di sekolah atau ketika adikku memenangkan suatu lomba yang di ikutinya.
“ Fadil emang pinter. Anak kebanggan ayah ibu. Tuh, Ndi..coba donk di contoh adikmu. Masa Fadli terus yang jadi juara kelas. Kamu juga belajar yang rajin donk. Masa kalah sama adik kamu.” Begitu kata ayahku selalu. Dan aku benci mendengar kata-kata seperti itu.
Lalu entah sejak kapan, aku mulai membenci adik kembarku. Dan aku ingin memiliki apa yang dia punya.
Aku jadi jarang berkomunikasi dengannya. Hanya jika ada keperluan. Aku mulai menarik diri dari dirinya dan keluargaku. Aku lebih sering menghabiskan waktu di kamar.
“Kak, male mini gw mau keluar bareng temen-temen. Ayah-ibu juga kayaknya mau pergi. Lo ga kemana-mana kan? Jaga rumah ya”. Begitu katanya suatu malam padaku. Aku hanya diam sambil terus menatap televise yang ada di depanku. Dalam hati, ku berkata “Pergilah, aku lebih suka sendiri di rumah daripada harus berdua denganmu!
“Kak, lo denger gw ga?” Ulangnya. Kali ini dia berdiri tepat di hadapanku sambil memasang tampang polosnya.
Ku anggukkan kepala tanda mengerti.
“Yaudah. Dasar aneh….” Kudengar dia berkata tapi nyaris seperti berbisik.
Deg.
Hati ini terasa sakit. Sakit bercampur benci. Mengapa dia berkata seperti itu padaku? Dia menganggap aku ANEH? Hah, aku tidak aneh. Aku benci kata aneh. Terlebih pada orang yang mengatakan bahwa aku aneh adalah adik kembarku. Kebencian yang selama ini ada, entah bagaimana telah berada pada puncaknya. Dengan tatapan dingin, aku melangkah keluar ketika adikku masih sibuk dengan pakaian dan sepatunya. Di bagasi ku pandangi mobil yang akan membawa adikku menikmati mala mini. Lalu, tanpa berfikir panjang, ku berjongkok ke bagian bawah mobil. Aku merayap ke dalam bagian bawah mobil dan menarik kabel rem mobil itu.
Besoknya ku dengar suara jeritan Ibu dibawah sana ketika menerima telepon dari rumah sakit. Adikku mengalami kecelakaan tadi malam. Mobilnya masuk jurang ketika perjalanan pulang dari puncak. Tapi adikkua selamat.
Perasaanku campur aduk ketika aku, ayah dan ibu berada di rumah sakit untu melihat keadaan adikku. Sedikit merasa bersalah pada adikku. Tapi ketika ku lihat keadaan dia, aku merasa kelegaan yang sangat.
Dia memang selamat. Tapi wajahnya tidak setampan dulu. Banyak bekas luka gores di seluruh mukanya, yang menjadikan dia terlihat ANEH.
Sambil menatap dirinya yang masih tertidur, ku sunggingkan sebuah senyuman untuknya dan berkata “ Tenang, De…gak usah sedih karena mukamu aneh. Kita berduakan memang kembar…”
My True Love..
Usia pernikahan kami akan menginjak lima tahun minggu depan. Ah, tidak berasa. Rasanya baru kemarin aku merasakan bulan madu ke Eropa bersama suamiku. Di usia pernikaha kami yang ke lima ini, kami belum di berkahi seorang anak. Tapi bukan suatu masalah besar bagi kami. Lagipula kami masih sibuk dengan urusan kami masing-masing. Suamiku bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi terbesar di negeri ini sebagai manager bidang pemasaran. Kariernya cukup baik dan semakin menanjak. Sedangkan aku, aku bekerja pada suatu perusahaan rekaman music yang cukup ternama. Peranku di perusahaan ini cukup diperhitungkan. Aku menangani secara langsung arus keluar masuk cd dan kaset yang akan beredar dipasaran. Aku juga yang menghandle jika artis luar negri datang untuk mempromosikan album mereka. Aku cukup puas dengan apa yang sudah aku raih.
Kami berencana akan merayakan hari jadi pernikahan kami yang ke lima dengan mengundang makan malam teman-teman dekat kami dirumah. Ya, rumah ini terasa kosong dan tak bernyawa. Dengan luas hamper 800meter2 dan hanya di isi lima orang, aku, suamiku dan tiga asisten rumahtangga, sepi rasanya. Mungkin dengan kehadiran mereka akan menambah aura positif bagi rumah ini.
Sejak awal kami membina hubungan, tidak ada yang kami rahasiakan dalam hidup kami. Kami berbagi semua cerita satu sama lainnya. Apa yang terjadi pada diriku selalu kuceritaka pada dirinya, begitupun sebaliknya, kecuali satu hal.
Aku mencintai suamiku melebihi apapun di dunia ini. Terlebih semenjak dia menikahiku. Aku juga yakin bahwa dia mencintaiku lebih dari apa yang aku beri untuknya. Aku tidak bbisa membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa dirinya. Aku tidak sanggup kehilangan dia.
Suamiku adalah tipe suami yang setia dan mencintai istri dengan segenap hati. Aku bisa merasakannya, tapi jika aku mengingat kejadian itu, rasa bersalah yang besar selalu menganggu tidurku. Aku mempunyai sebuah rahasia besar yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun di dunia ini. Entah sampai kapan aku akan menyimpannya. Yang pasti, cepat atau lambat, aku harus menceritakannya pada suamiku sebelum aku kehilangannya.
Aku pernah berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan aku menyesalinya sampai detik ini. Aku pernah berselingkuh dengan sahabat suamiku. Ya, sahabat baik suamiku.
Saat itu, suamiku berada di Utrecht, Belanda, untuk mengikuti seminar penting perusahaan. Dia harus tinggal selama tiga bulan disana. Awalnya aku merasa bahwa aku akan baik-baki saja disini tanpanya. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku bukan tipe wanita yang mudah tergoda oleh pria lain. Tapi rupanya kenyataan berkata tidak. Aku pun akhirnya jatuh tergoda dalam pelukan laki-laki lain. Aku tidur dengan sahabatnya sendiri! Sampai saat ini aku sendiri tidak habis piker kenapa aku bisa melakukan hal semacam itu. Ah, aku tidak athu bagaimana aku harus mengatakan semua ini nanti padanya.
Perayaan hari pernikahan kami yang kelima berjalan dengan baik dan menyenangkan. Setelah semua teman-teman kami berpamitan, kami memutuskan untuk duduk di teras belakang rumah.
“ Ga kerasa ya, sayang…kita udah jalan lima tahun.” Katanya mesra sambil menggenggam tanganku
“Iya, Aku senang banget.” Balasku dengan memberikan sebuah kecupan lembut dikeningnya.
“Kamu tau ga…aku beruntung banget punya istri kaya kamu. Cantik,pinter, sayang suami, perhatian.Ah, semuanya sempurna buat aku.” Ucapnya pelan.
Aku berusaha untuk tidak menatap langsung matanya. Aku takut. Aku takut kalau mata ini akan berkata apa yang sebenarnya dulu pernah terjadi.
“Sayang…,” panggilku
“Ya?”
“Kamu cinta sama aku?” Tanyaku padanya
Masih memegang kedua tanganku, dia menatapku sambil berkata
“Tentu sayang…aku mencintai kamu lebih dari apapun di dunia ini. Kamu segala-galanya buat aku. You are my life”.
Aku tersenyum mendengarnya. Lalu aku sadar, inilah saat yang tepat untuk mengatakan semuanya. Aku harus jujur padanya. Aku tidak mau membohonginya, menyakitinya. Aku terlalu cinta padanya. Dan aku tahu resiko yang akan aku terima.
“ Sayang…ada yang mau aku certain sama kamu….. Kataku sambil menahan tangis
“Cerita tentang apa? Cerita aja, aku pasti dengerin.” Ujarnya lembut
“Yank…setahun yang lalu, waktu kamu pergi ke Belanda, aku….” Dan mengalirlah semua cerita yang aku simpan rapat-rapat seperti aliran sungai bah yang besar.
Ketika aku berhenti bercerita, mataku sudah sembab oleh airmata. Pandanganku tidak jelas karena tertutup airmata. Lalu ku beranikan diri melihatnya. Aku sudah siap jika dia akan meledak dan marah. Aku sudah siap jika dia akan menamparku sekalipun. Tapi, dia hanya terdiam. Dan alam diamnya aku melihat airmatanya jatuh di pipinya. Dia tidak berkata sepatah katapun. Dia hanya diam dan menangis..
Tetesan air matanya bagaikan pisau yang mengiris-iris tipis hatiku. Sakit dan perihnya tidak terlukiskan. Aku harap bahwa dia akan marah padaku, bahwa dia akan mengamuk, menampar dan mengusirku keluar rumah. Tapi dia tidak bereaksi.
Ku tunggu dia sampai mengucapkan sebuah kata…” Maafin aku….” Katanya
Rasanya hati ini seperti di lindas kereta expres yang sedang melaju kencang. Sakit sekali. Bagaimana dia masih bisa meminta maaf untuk sebuah dosa yang aku buat trhadapnya.
“Kamu ngomong apa? Aku yang nyakitin kamu. Aku gak mau bohongin kamu. Aku rela kamu ninggalin aku. Mungkin akan ada wanita yang lebih baik dari aku…” Kataku sabil menahan isak.
“Maafin, aku sayang….maaf karena aku harus menahan kamu untuk tetap disini. Nemenin aku. Hidup bersama aku. Maaf kalo aku selalu maafin kamu aku terlalu mencintai kamu. Jangan tinggalin aku” Kata-kata yang terucap dari mulut suamiku terasa tulus dan murni datang dari hati. Dengan tangisan yang meledak-ledak, ku peluk an ku ciumi tangannya sabil berkata “ Ya Tuhan…aku sungguh gak pantas untuk kamu, suamiku, sayangku, maafin aku. Maaf. Kamu boleh hukum aku apa aja. Percayalah aku mencintai kamu melebihi apapun di dunia ini. Maafin aku, aku bener-bener minta maaf..”
“Kalo begitu, aku hukum kamu dengan gak boleh ninggalin aku dan janji gak akan ngelakuin hal itu lagi.” Jawabnya
“Oh…” tangisku kian meledak
Setelah lama berpelukan dan menangis, aku mengajaknya masuk ke dalam rumah. Sambil tersenyum dia berkata “ Kamu mau buatin aku the hangat? Udaranya mulai dingin”
“I’ ll do anything for u my lovely husband…” jawabku dengan senyum. Dalam hatiku berkata aku pasti wanita paling beruntung di dunia ini karena memiliki dia.
Kami berencana akan merayakan hari jadi pernikahan kami yang ke lima dengan mengundang makan malam teman-teman dekat kami dirumah. Ya, rumah ini terasa kosong dan tak bernyawa. Dengan luas hamper 800meter2 dan hanya di isi lima orang, aku, suamiku dan tiga asisten rumahtangga, sepi rasanya. Mungkin dengan kehadiran mereka akan menambah aura positif bagi rumah ini.
Sejak awal kami membina hubungan, tidak ada yang kami rahasiakan dalam hidup kami. Kami berbagi semua cerita satu sama lainnya. Apa yang terjadi pada diriku selalu kuceritaka pada dirinya, begitupun sebaliknya, kecuali satu hal.
Aku mencintai suamiku melebihi apapun di dunia ini. Terlebih semenjak dia menikahiku. Aku juga yakin bahwa dia mencintaiku lebih dari apa yang aku beri untuknya. Aku tidak bbisa membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa dirinya. Aku tidak sanggup kehilangan dia.
Suamiku adalah tipe suami yang setia dan mencintai istri dengan segenap hati. Aku bisa merasakannya, tapi jika aku mengingat kejadian itu, rasa bersalah yang besar selalu menganggu tidurku. Aku mempunyai sebuah rahasia besar yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun di dunia ini. Entah sampai kapan aku akan menyimpannya. Yang pasti, cepat atau lambat, aku harus menceritakannya pada suamiku sebelum aku kehilangannya.
Aku pernah berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan aku menyesalinya sampai detik ini. Aku pernah berselingkuh dengan sahabat suamiku. Ya, sahabat baik suamiku.
Saat itu, suamiku berada di Utrecht, Belanda, untuk mengikuti seminar penting perusahaan. Dia harus tinggal selama tiga bulan disana. Awalnya aku merasa bahwa aku akan baik-baki saja disini tanpanya. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku bukan tipe wanita yang mudah tergoda oleh pria lain. Tapi rupanya kenyataan berkata tidak. Aku pun akhirnya jatuh tergoda dalam pelukan laki-laki lain. Aku tidur dengan sahabatnya sendiri! Sampai saat ini aku sendiri tidak habis piker kenapa aku bisa melakukan hal semacam itu. Ah, aku tidak athu bagaimana aku harus mengatakan semua ini nanti padanya.
Perayaan hari pernikahan kami yang kelima berjalan dengan baik dan menyenangkan. Setelah semua teman-teman kami berpamitan, kami memutuskan untuk duduk di teras belakang rumah.
“ Ga kerasa ya, sayang…kita udah jalan lima tahun.” Katanya mesra sambil menggenggam tanganku
“Iya, Aku senang banget.” Balasku dengan memberikan sebuah kecupan lembut dikeningnya.
“Kamu tau ga…aku beruntung banget punya istri kaya kamu. Cantik,pinter, sayang suami, perhatian.Ah, semuanya sempurna buat aku.” Ucapnya pelan.
Aku berusaha untuk tidak menatap langsung matanya. Aku takut. Aku takut kalau mata ini akan berkata apa yang sebenarnya dulu pernah terjadi.
“Sayang…,” panggilku
“Ya?”
“Kamu cinta sama aku?” Tanyaku padanya
Masih memegang kedua tanganku, dia menatapku sambil berkata
“Tentu sayang…aku mencintai kamu lebih dari apapun di dunia ini. Kamu segala-galanya buat aku. You are my life”.
Aku tersenyum mendengarnya. Lalu aku sadar, inilah saat yang tepat untuk mengatakan semuanya. Aku harus jujur padanya. Aku tidak mau membohonginya, menyakitinya. Aku terlalu cinta padanya. Dan aku tahu resiko yang akan aku terima.
“ Sayang…ada yang mau aku certain sama kamu….. Kataku sambil menahan tangis
“Cerita tentang apa? Cerita aja, aku pasti dengerin.” Ujarnya lembut
“Yank…setahun yang lalu, waktu kamu pergi ke Belanda, aku….” Dan mengalirlah semua cerita yang aku simpan rapat-rapat seperti aliran sungai bah yang besar.
Ketika aku berhenti bercerita, mataku sudah sembab oleh airmata. Pandanganku tidak jelas karena tertutup airmata. Lalu ku beranikan diri melihatnya. Aku sudah siap jika dia akan meledak dan marah. Aku sudah siap jika dia akan menamparku sekalipun. Tapi, dia hanya terdiam. Dan alam diamnya aku melihat airmatanya jatuh di pipinya. Dia tidak berkata sepatah katapun. Dia hanya diam dan menangis..
Tetesan air matanya bagaikan pisau yang mengiris-iris tipis hatiku. Sakit dan perihnya tidak terlukiskan. Aku harap bahwa dia akan marah padaku, bahwa dia akan mengamuk, menampar dan mengusirku keluar rumah. Tapi dia tidak bereaksi.
Ku tunggu dia sampai mengucapkan sebuah kata…” Maafin aku….” Katanya
Rasanya hati ini seperti di lindas kereta expres yang sedang melaju kencang. Sakit sekali. Bagaimana dia masih bisa meminta maaf untuk sebuah dosa yang aku buat trhadapnya.
“Kamu ngomong apa? Aku yang nyakitin kamu. Aku gak mau bohongin kamu. Aku rela kamu ninggalin aku. Mungkin akan ada wanita yang lebih baik dari aku…” Kataku sabil menahan isak.
“Maafin, aku sayang….maaf karena aku harus menahan kamu untuk tetap disini. Nemenin aku. Hidup bersama aku. Maaf kalo aku selalu maafin kamu aku terlalu mencintai kamu. Jangan tinggalin aku” Kata-kata yang terucap dari mulut suamiku terasa tulus dan murni datang dari hati. Dengan tangisan yang meledak-ledak, ku peluk an ku ciumi tangannya sabil berkata “ Ya Tuhan…aku sungguh gak pantas untuk kamu, suamiku, sayangku, maafin aku. Maaf. Kamu boleh hukum aku apa aja. Percayalah aku mencintai kamu melebihi apapun di dunia ini. Maafin aku, aku bener-bener minta maaf..”
“Kalo begitu, aku hukum kamu dengan gak boleh ninggalin aku dan janji gak akan ngelakuin hal itu lagi.” Jawabnya
“Oh…” tangisku kian meledak
Setelah lama berpelukan dan menangis, aku mengajaknya masuk ke dalam rumah. Sambil tersenyum dia berkata “ Kamu mau buatin aku the hangat? Udaranya mulai dingin”
“I’ ll do anything for u my lovely husband…” jawabku dengan senyum. Dalam hatiku berkata aku pasti wanita paling beruntung di dunia ini karena memiliki dia.
Idolaku..
Tuuuut….tuuut…“Halo?” terdengar suara di seberang sana.
“Halo. Selamat siang. Bisa bicara dengan Bona?” tanyaku dengan hati-hati
“selamat siang.Dari siapa ya?” jawabnya
“Mmm, ini dari teman satu kampusnya, Mona” jawabku berbohong
“Maaf, Non..Den Bona nya sedang keluar. Baru aja”
“Oh gitu…pergi kemana ya?” tanyaku penasaran.
“Waduh saya ndak tahu ya, Non. Ada pesan buat Den Bona?” Tanyanya balik kepadaku.
“Mm, engga deh. Salam aja buat Bona dari Mona. Terimakasih.”
Hah, BT. Ini sudah ke tigabelas kalinya amu mencoba menelpon dia. Tapi selalu Si bibi yang mengangkat teleponku. Padahal mendapatkan nomor telepon dia susahnya setegah mati. Aku bahkan harus menghabiskan setengah bulan uang jajanku demi medapatkan nomor telepon Bona. Daniel, teman dekatku tahu betul semua informasi tentang Bona karena kakaknya adalah teman dekat Bona di kampus. Makanya Daniel selalu memanfaatkan kelemahanku, yaitu rela melakukan apa saja demi semua info tentang Bona.
Sejak kemunculannya pertama kali di layar televise dalam acara Idola Nusantara, aku langsung jatuh cinta pada Bona. Aku punya semua artikel tentang dia. Tembok kamarku penuh dengan poster mukanya, bahkan aku mengganti naa kucing di rumahku dengan nama Bona.
Aku memang jatuh cinta pada Bona. Dia memang idolaku. Mukanya yang imut-imut dan suaranya yang enak di dengar, membuat aku selalu berteriak-teriak setiap kali aku melihatnya di televise. Dan yang terpenting, dia memakai behel! Aaaach, aku suka sekali cowowk berbehel. Obsesiku dari dulu adalah punya cowok berbehel. Aduh kebetulan sekali Bona juga memakai behel, Jodoh emang ga kemana. Hehe…
Hari ini aku dan Daniel berencana pergi ke Plaza Senayan. Kata Daniel, hari ini Bona akan pergi nonton bersama teman-teman satu kampusnya, termasuk kakak Daniel. Mataku terus memandangi jam tangan yang bergerak lambat sekali. Ah, lama sekali bel sekolahku berbunyi.
Teeeeeeeeeeett….akhirnya. Yeah, aku langsung menarik tangan Daniel da berlari ke parkiran.
“ Eh. Tunggu, tunggu…kenapa buru-buru sih. Masih jam 1. Dia itu nonton yang jam 5, Na!” Kata Daniel sambil berhenti tiba-tiba.
“Aduh, Lo gimana sih. Iya gw tau dia nonton yang ja 5. Tapi kan gw harus ke salon dulu, nge-blow rabut, biar oke.” Kataku sabil terus menarik tangannya.
“ Ya ampun, Na…lo ngapain sih pake acara ke salon segala. Kaya mau nge-date aja. Kita kan Cuma mau liat dia doing. Kenalan aja belom! Ribet banget sih. Udah, mending kita makan baso dulu sebelum berangkat ke Plaza Senayan biar di sana gak usah makan” Cerocosnya padaku.
Dengan tampang galak, ku balas omongannya “ Eh, dengar ya Daniel Kertarnegara. Bona itu idola gw, pria idaman gw, cowo paling ganteng yang pernah gw temuin dalam hidup gw, calon pacar gw. Jadi, wajar donk gw tampil cantik dan oke buat dia. Ga masalah dia belum kenal gw. Kan nanti gw mau di kenalin sama kakak l. Makanya gw harus tampil oke. Gw yakin kalo gw tampil oke, dia pasti tertarik sama gw. Lo harus ngerti donk, jangan perut lo aja dipikirin.Temen lagi usaha bukannya dibantuin!!!”
“Cape deh…Iya, iya…yaudah, lo sekarang maunya gimana? Mau ke salon sekarang? Yuk deh…daripada gw liat muke lo ditekuk gitu” jawab aniel dengan tampang pasrahnya.
“Nah gitu dong. Itu baru teen sejati” kataku sambil merangkul pundaknya. Daniel memang teman sejati. Meskipun kadang-kadang dia menyebalka, aku tahu dia sayang padaku dan akan melakukan apa saja demi pertemanan kami.
Sudah jam 4. Bearti tinggal satu jam lagi. Ah, akhirnya aku akan melihat dia secara langsung. Akhirnya aku akan berkenalan dengannya, berjabat tangan dengannya, melihat mukanya dari dekat. Aku tersenyum-senyum membanyangkan apa yang akan terjadi satu jam kemudian. Daniel yang melihatku langsung memberikan muka jijiknya pada ku dna berkata “ Ngapain sih lo senyum-senyum sendiri kaya orang gila?”
“Yee.sirik aja lo. Biarin aja donk kan bentar lagi aku mau ketemu idolaku, calon pacarku”
“Hueeek” Daniel menirukan orang yang akan memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Ah, aku tidak perduli. Aku tetap saja tersenyum.
Selama menunggu dia datang. Aku membayangkan wajahnya yang akan tersenyum melihatku. Hari ini aku merasa sangat cantik. Dia pasti langsung tertarik padaku. Menurut info akurat yang kudapat dari Daniel, Bona memang sedang jomblo. Wah kebetulan. Dia pasti akan suka padaku. Dan dia akan segera menjadi pacarku. Hihi…menghayal memang enak.
Setengah jam lagi. Entah kenapa hatiku berdetak seribu kali lebih cepat. Mataku terus memandang lift yang berada tepat di depan cafĂ© tempat aku dan Daniel duduk menunggu. Lalu, tiba-tiba keluar beberapa orag dari dalam lift. Satu diantaranya adalah kakaknya Daniel. Tapi mana Bona? Aku tidak melihatnya…oh, itu dia!! Dia berjalan di tengah-tengah rombongan yang berjalan menuju studio bioskop. Waaaah, dia tampan sekali!! Dia memakai kaos polo T-shirt berwarna biru muda di padu dengan jins dan sepatu kets putih. Ganteng banget!!!
Aku menepuk bahu Daniel tanpa elepaskan pandangan dari Bona dan berkata “ Niel, itu mereka udah pada dating. Yuk, kita ke kakak lo. Minta dikenalin. Aduh, gw deg-degan nih. Rambut gw rapi ga? Bedak gw masih rata kan? Baju gw kusut ga?”
“ Aduh…repot deh. Udah cantik kok, Na. Luna Maya aja lewat…” jawabnya acuh.
“Ayo Niel, berdiri donk. Ntar mereka keburu masuk dulu” Renggekku pada Daniel/
“Yuuuuuk…Eh, kita jala di belakang mereka aja. Ntar kenalannya di dalem bioskop aja. Malu kenala di sini. Banyak orang. Ntar disangka kita orang kampong. Males gw. Norak” Balas Daniel.
Mm, benar juga kata Daniel. Lebih baik kenalan di dalam bioskop. Lebih sepi dan nyaman. Lalu, kami akhirnya berjalan beberapa meter di belakang mereka. Aku tidak membiarkan mataku lepas dari Bona. Melihatnya langsung dari belakang saja sudah membuat aku senangnya bukan main, Bona memang tampan. Bahkan dari belakang, badannya proporsional. Cocok denga aku. Hihi…aku tertawa membayangka aku berjalan di sampingnya.
Tiba-tiba pandanganku berhenti pada tangannya yang sedang menggenggam tangan orang lain. Tapi aku tidak bisa melihat tangan siapa itu. Jangan-jangan pacar dia! Tapi kakak Daniel bilang Bona belum punya pacar. Aduh, mereka banyak sekali. Laki-laki dan perempuan campur jadi satu, membuat aku sulit melihat jelas. Penasaran, aku berjalan agak cepat agar bisa melihat tangan siapa yang di genggam Bona.
Apa? Tidak mungkin…aku pasti salah lihat. Mataku pasti sudah rusak. Mungkin aku harus memakai kacamata. Sambil tertawa Bona merapatkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di bahu orang itu. Ku kucek-kucek mataku dengan cepat dan segera ku lihat kembali. Kali ini Bona berjalan agak terpisah dari rombongan, dan aku bisa melihat dengan jelas Bona memang memegang (menggenggam, lebih tepatnya sih) tangan seseorang, dan itu adalah tangan seorang PRIA!!!
Dengan mulut mengang, ku melirik pada Daniel untuk menyakinkan bahwa apa yang aku saksikan tidak nyata. Tapi ketika aku melihat Daniel, ekspresi mukanya lebih terkejut dari aku sendiri.
“Na, itu..Bona kan?!” tanyanya smabil menganga
“I…iya, Niel…..I….itu Bona.” Jawabku terbata-bata
“ngapain dia peluk-pelukan sambil pegang tangan cowo?” Tanyanya lagi dengan lugu.
“gw ga tau, Niel. Gw juga gak ngerti. Apa mungkin Bona itu…” aku bahkan tidak sanggup meneruskan kata-kataku.
Sambil berpadangan, aku dan Daniel melanjutka “ Gaaaaaaaayyy?!?!”
“Halo. Selamat siang. Bisa bicara dengan Bona?” tanyaku dengan hati-hati
“selamat siang.Dari siapa ya?” jawabnya
“Mmm, ini dari teman satu kampusnya, Mona” jawabku berbohong
“Maaf, Non..Den Bona nya sedang keluar. Baru aja”
“Oh gitu…pergi kemana ya?” tanyaku penasaran.
“Waduh saya ndak tahu ya, Non. Ada pesan buat Den Bona?” Tanyanya balik kepadaku.
“Mm, engga deh. Salam aja buat Bona dari Mona. Terimakasih.”
Hah, BT. Ini sudah ke tigabelas kalinya amu mencoba menelpon dia. Tapi selalu Si bibi yang mengangkat teleponku. Padahal mendapatkan nomor telepon dia susahnya setegah mati. Aku bahkan harus menghabiskan setengah bulan uang jajanku demi medapatkan nomor telepon Bona. Daniel, teman dekatku tahu betul semua informasi tentang Bona karena kakaknya adalah teman dekat Bona di kampus. Makanya Daniel selalu memanfaatkan kelemahanku, yaitu rela melakukan apa saja demi semua info tentang Bona.
Sejak kemunculannya pertama kali di layar televise dalam acara Idola Nusantara, aku langsung jatuh cinta pada Bona. Aku punya semua artikel tentang dia. Tembok kamarku penuh dengan poster mukanya, bahkan aku mengganti naa kucing di rumahku dengan nama Bona.
Aku memang jatuh cinta pada Bona. Dia memang idolaku. Mukanya yang imut-imut dan suaranya yang enak di dengar, membuat aku selalu berteriak-teriak setiap kali aku melihatnya di televise. Dan yang terpenting, dia memakai behel! Aaaach, aku suka sekali cowowk berbehel. Obsesiku dari dulu adalah punya cowok berbehel. Aduh kebetulan sekali Bona juga memakai behel, Jodoh emang ga kemana. Hehe…
Hari ini aku dan Daniel berencana pergi ke Plaza Senayan. Kata Daniel, hari ini Bona akan pergi nonton bersama teman-teman satu kampusnya, termasuk kakak Daniel. Mataku terus memandangi jam tangan yang bergerak lambat sekali. Ah, lama sekali bel sekolahku berbunyi.
Teeeeeeeeeeett….akhirnya. Yeah, aku langsung menarik tangan Daniel da berlari ke parkiran.
“ Eh. Tunggu, tunggu…kenapa buru-buru sih. Masih jam 1. Dia itu nonton yang jam 5, Na!” Kata Daniel sambil berhenti tiba-tiba.
“Aduh, Lo gimana sih. Iya gw tau dia nonton yang ja 5. Tapi kan gw harus ke salon dulu, nge-blow rabut, biar oke.” Kataku sabil terus menarik tangannya.
“ Ya ampun, Na…lo ngapain sih pake acara ke salon segala. Kaya mau nge-date aja. Kita kan Cuma mau liat dia doing. Kenalan aja belom! Ribet banget sih. Udah, mending kita makan baso dulu sebelum berangkat ke Plaza Senayan biar di sana gak usah makan” Cerocosnya padaku.
Dengan tampang galak, ku balas omongannya “ Eh, dengar ya Daniel Kertarnegara. Bona itu idola gw, pria idaman gw, cowo paling ganteng yang pernah gw temuin dalam hidup gw, calon pacar gw. Jadi, wajar donk gw tampil cantik dan oke buat dia. Ga masalah dia belum kenal gw. Kan nanti gw mau di kenalin sama kakak l. Makanya gw harus tampil oke. Gw yakin kalo gw tampil oke, dia pasti tertarik sama gw. Lo harus ngerti donk, jangan perut lo aja dipikirin.Temen lagi usaha bukannya dibantuin!!!”
“Cape deh…Iya, iya…yaudah, lo sekarang maunya gimana? Mau ke salon sekarang? Yuk deh…daripada gw liat muke lo ditekuk gitu” jawab aniel dengan tampang pasrahnya.
“Nah gitu dong. Itu baru teen sejati” kataku sambil merangkul pundaknya. Daniel memang teman sejati. Meskipun kadang-kadang dia menyebalka, aku tahu dia sayang padaku dan akan melakukan apa saja demi pertemanan kami.
Sudah jam 4. Bearti tinggal satu jam lagi. Ah, akhirnya aku akan melihat dia secara langsung. Akhirnya aku akan berkenalan dengannya, berjabat tangan dengannya, melihat mukanya dari dekat. Aku tersenyum-senyum membanyangkan apa yang akan terjadi satu jam kemudian. Daniel yang melihatku langsung memberikan muka jijiknya pada ku dna berkata “ Ngapain sih lo senyum-senyum sendiri kaya orang gila?”
“Yee.sirik aja lo. Biarin aja donk kan bentar lagi aku mau ketemu idolaku, calon pacarku”
“Hueeek” Daniel menirukan orang yang akan memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Ah, aku tidak perduli. Aku tetap saja tersenyum.
Selama menunggu dia datang. Aku membayangkan wajahnya yang akan tersenyum melihatku. Hari ini aku merasa sangat cantik. Dia pasti langsung tertarik padaku. Menurut info akurat yang kudapat dari Daniel, Bona memang sedang jomblo. Wah kebetulan. Dia pasti akan suka padaku. Dan dia akan segera menjadi pacarku. Hihi…menghayal memang enak.
Setengah jam lagi. Entah kenapa hatiku berdetak seribu kali lebih cepat. Mataku terus memandang lift yang berada tepat di depan cafĂ© tempat aku dan Daniel duduk menunggu. Lalu, tiba-tiba keluar beberapa orag dari dalam lift. Satu diantaranya adalah kakaknya Daniel. Tapi mana Bona? Aku tidak melihatnya…oh, itu dia!! Dia berjalan di tengah-tengah rombongan yang berjalan menuju studio bioskop. Waaaah, dia tampan sekali!! Dia memakai kaos polo T-shirt berwarna biru muda di padu dengan jins dan sepatu kets putih. Ganteng banget!!!
Aku menepuk bahu Daniel tanpa elepaskan pandangan dari Bona dan berkata “ Niel, itu mereka udah pada dating. Yuk, kita ke kakak lo. Minta dikenalin. Aduh, gw deg-degan nih. Rambut gw rapi ga? Bedak gw masih rata kan? Baju gw kusut ga?”
“ Aduh…repot deh. Udah cantik kok, Na. Luna Maya aja lewat…” jawabnya acuh.
“Ayo Niel, berdiri donk. Ntar mereka keburu masuk dulu” Renggekku pada Daniel/
“Yuuuuuk…Eh, kita jala di belakang mereka aja. Ntar kenalannya di dalem bioskop aja. Malu kenala di sini. Banyak orang. Ntar disangka kita orang kampong. Males gw. Norak” Balas Daniel.
Mm, benar juga kata Daniel. Lebih baik kenalan di dalam bioskop. Lebih sepi dan nyaman. Lalu, kami akhirnya berjalan beberapa meter di belakang mereka. Aku tidak membiarkan mataku lepas dari Bona. Melihatnya langsung dari belakang saja sudah membuat aku senangnya bukan main, Bona memang tampan. Bahkan dari belakang, badannya proporsional. Cocok denga aku. Hihi…aku tertawa membayangka aku berjalan di sampingnya.
Tiba-tiba pandanganku berhenti pada tangannya yang sedang menggenggam tangan orang lain. Tapi aku tidak bisa melihat tangan siapa itu. Jangan-jangan pacar dia! Tapi kakak Daniel bilang Bona belum punya pacar. Aduh, mereka banyak sekali. Laki-laki dan perempuan campur jadi satu, membuat aku sulit melihat jelas. Penasaran, aku berjalan agak cepat agar bisa melihat tangan siapa yang di genggam Bona.
Apa? Tidak mungkin…aku pasti salah lihat. Mataku pasti sudah rusak. Mungkin aku harus memakai kacamata. Sambil tertawa Bona merapatkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di bahu orang itu. Ku kucek-kucek mataku dengan cepat dan segera ku lihat kembali. Kali ini Bona berjalan agak terpisah dari rombongan, dan aku bisa melihat dengan jelas Bona memang memegang (menggenggam, lebih tepatnya sih) tangan seseorang, dan itu adalah tangan seorang PRIA!!!
Dengan mulut mengang, ku melirik pada Daniel untuk menyakinkan bahwa apa yang aku saksikan tidak nyata. Tapi ketika aku melihat Daniel, ekspresi mukanya lebih terkejut dari aku sendiri.
“Na, itu..Bona kan?!” tanyanya smabil menganga
“I…iya, Niel…..I….itu Bona.” Jawabku terbata-bata
“ngapain dia peluk-pelukan sambil pegang tangan cowo?” Tanyanya lagi dengan lugu.
“gw ga tau, Niel. Gw juga gak ngerti. Apa mungkin Bona itu…” aku bahkan tidak sanggup meneruskan kata-kataku.
Sambil berpadangan, aku dan Daniel melanjutka “ Gaaaaaaaayyy?!?!”
Hati-Hati Dengan Janjimu..
“Katakan padaku, kenapa kamu mau menikah denganku? Tanyaku datar
“aku sayang sama kamu. Aku merasa kamu orang yang cocok dengan aku. You are my Soulmate. Aku jatuh cinta sama kamu” jawabnya berapi-api
“ Really?” Lirikku sinis
“kamu boleh ambil jantungku kalo aku bohong”
“…..” Aku diam
“jadi, kamu mau menikah denganku?”
“oke. Kita menikah”
“ Yes…! I Love you, Natya. Aku janji akan selalu jadi orang yang cinta kamu. Ga aka nada orang lain dalam kehidupan kita nanti. Aku janji akan bahagiain kamu”
“I hope you’ll keep your words” ku sunggingkan sebuah senyum di ujung bibirku. Senyum ketidakpercayaan.
Aku sendiri sebenarnya tidak begitu tertarik untuk membangun sebuah keluarga. Trauma! Mungkin satu kata itu yang bisa menggambarkan alasan kenapa aku enggan menikah. Dari kecil aku selalu berada di lingkunga orang-orang yang merusak keindahan dan kesakralan kata “pernikahan”.kedua orangtuaku bercerai ketika umurku 12 tahun. Sejak umurku 9 tahun, tidak pernah ku lihat mereka rukun atau duduk bersama menonton televisi atau sekedar sarapan bersama. Mereka selalu bertengkar. Entah apa yang di ributkan. Ibu berteriak, dan ayah memukul. Mereka seperti kesetanan setiap kali bertengkar. Awalnya mereka bertengkan dibelakangku, tapi semakin aku bertambah umur, mereka tidak peduli lagi apakah aku melihat atau tidak. Aku pun sudah merasa biasa dengan pemandangan seperti itu. Dari rasa takut dan tidak nyaman, menjadi biasa dan rasanya seperti melihat sebuah pertunjukan teater. Dan aku menikmatinya. Aku senang melihat ibuku melempar sebuah piring kea rah ayahku dan mengenai kepalanya hingga berdarah.
Sering kali aku bertepuk tangan melihat aksi ibuku. Aku benci ayahku. Ibu bilang, ayah brengsek. Dia main gila dengan seorang perempuan cantik dan lebih muda di kantornya. Aku jadi membenci perempuan-perempuan cantik.
Paman dan tanteku juga bercerai. Kali ini ulah paman yang senang menggoda Mba Yati, seorang gadis desa cantik yang datang setiap hari untuk membersihkan rumah mereka. Paman meniduri Mba Yati dan tante mengetahuinya. Dasar laki-laki brengsek!
Lalu, tiga tahun yang lalu, dua orang sahabatku memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun berumahtangga. Jarak perceraian mereka hanya berselang 2 bulang. Suami-suami mereka ketahuan berselingkuh dengan wanita-wanita di tempat mereka bekerja. Dua sahabatku hancur secara fisik dan mental. Mereka mengalami depresi berat sehingga pekerjaan mereka terbengkalai dan akhirnya karier mereka hancur. Aku semakin benci pria.
Kebencianku pada mahluk yang bernama pria belakangan ini mulai sedikit menipis. pertemuanku dengannya terjadi sekitar dua setengah tahun yang lalu dari seorang teman. Namanya Yosep Andika. Tampan, tubuh atletis, berpendidikan dan sudah cukup mapan di usia 28 tahun. Dia baik hati, sabar, romantic dan pengertian. Tetap saja rasa ketidakpercayaanku pada kaum adam ini tidak berubah. Aku masih tetap menganggap mereka brengsek. Tapi entah bagaimana dia berhasil sedikit demi sedikit mengikis rasa ketidakpecayaanku. Sampai dia berhasil mengajakku menikah.
Lima tahun sudah berjalan. Aku mulai menikmat kehidupan baruku. Rasa percayaku terhadap lelaki mulai tumbuh. Semua berjalan baik-baik saja. Aku hidup bahagia bersama Yosep di sebuah rumah di pinggir Jakarta. Karier kami pun berjalan baik seiring kehidupan kami. Bahkan Yosep mendapatkan tawaran menjadi General Manajer di perusahaannya bekerja. Aku? Aku memutuskan untuk membuka usaha butik di sebuah mall bersama teman-temanku. Suatu hari Yosep tiba-tiba mengatakan bahwa dia ingin mempunyai seorang anak. Tentu saja aku terkejut. Aku belum memikirkan kalau aku akan mempunyai anak. Aku belum siap menjadi seorang ibu. Tapi dia benar. Sudah lima tahun usia pernikahan kami, jadi demi kebahagiaan Yosep, aku akhirnya berusaha untuk mendapatkan anak darinya.
Segala usaha sudah kami usahakan untuk mendapatkan seorang anak, tapi aku ternyata belum hamil juga. Entah kenapa aku merasa perilaku Yosep mulai berubah. Dia selalu pulang lebih larut dengan muka lelah dan selalu tidur lebih awal. Biasanya dia selalu menyempatkan untuk sekedar mengobrol denganku sebelum kita tidur. Ketika ku Tanya ada apa, dia hanya berkata “ Ga papa, biasa. Masalah kantor”. Aku hanya diam. Jika masalah kantor, aku mengerti. Aku harus mengerti.
Jantungku serasa lepas dari dadaku ketika suatu sore aku melihat suamiku memasuki sebuah restoran jepang sambil memeluk seorang gadis cantik, putih, tinggi dan lebih muda.Mungkin umurnya dua atau tiga tahun lebih muda dariku. Siapa dia? Kenapa suamiku ada di mal sore hari bersama seorang perempuan? Apa suamiku tidak bekerja hari ini? Tidak. Tidak mungkin suamiku berselingkuh. Dia tidak akan melakukannya. Dia sudah berjanji padaku. Dia sudah berjanji hanya akan ada aku. Dia bahkan berjanji kalau dia bersedia memberikan jantungnya sebagai jainan jika dia berkhianat. Dia tidak mungkin mengkhianatiku! Tidak akan. Penasaran, aku ikuti dan buntuti mereka. Dari mulai mereka makan sampai selesai, lalu mereka masuk ke dalam mobil suamiku dan meluncur menuju suatu tempat. Aku langsung mengikuti kemana mereka pergi. Dalam perjalanan, pikiranku kacau balau. Pikiran-pikiran jelek dan jahat mulai merasuki otakku. Bagaimana jika benar suamiku berselingkuh? Bagaimana aku bias menerima kenyataan ini? Bagaimana dia bisa mengkhianati aku? Apa salahku? Apa karena aku belum bisa memebrikan anak untuknya? Atau apakah aku sudah tidak secantik dan semenarik dulu?
Aku sudah tiba disuatu tempat di daerah komplek perumahan mewah di Depok. Mau kemana mereka sebenarnya? Hatiku berdebar-debar kencang, memikirkan apa yang akan terjadi. Mobil yang mereka naiki berhenti di sebuah rumah mungil tapi cantik yang terletak paling pojok. Mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk menuju pagar rumah tersebut. Aku terus mengamati dari balik kaca mobilku. Tiba-tiba, dari dalam rumah tersebut, berlari seorang bocah kecil berumur sekitar 3 tahun dengan rambutnya yang panjang, keriting menjuntai ke punggung. Lucu sekali. Tapi, aneh rambutnya seperti rambut Yosep. Keriwil.
“Papah, Mamah….” Teriak si bocah lucu sambil berlari kea rah Yosep.
Papah?? Kenapa dia memanggil suamiku “papah”? Ada apa ini? Apa maksudnya semua ini?
Dengan mata basah karena pandangan yang menusuk mata ini, aku tetap menatap ke depan, memerhatikan setiap gerak gerik yang mereka lakukan.
Dari sisni dapat ku baca bibir suamiku berkata “ Anak papah, sayang..udah lama ya nunggunya? Yuk kita masuk. Papah-Mamah punya hadiah buat kamu”.
Deg.
Untuk beberapa detik, mulutku menganga tidak percya melihat apa yang baru saja terjadi.
Dengan perasaan tidak karuan, aku memetuskan untuk pulang. Dalam perjalanan, aku menangis. Aku menjerit seperti orang kesetanan. Aku tidak bisa menerima ini. Terlalu menyakitkan bagiku.dia sudah berjanji hanya akan mencintaiku. Dari perasaan marah, kesal, kecewa dan sakit hati, perasaan lain mulai muncul di hatiku. Perasaan BENCI yang dulu pernah ada dihatiku selama bertahun-tahun kepada kaum laki-laki itu muncul lagi. Dengan pandangankosong, aku berkata dalam hati “ Kamu udah janji, sayang…aku boleh mengambil jantung kamu klo kamu sampai ingkar sama janji kamu…kamu udah janji, dan kamu harus tepati janji kamu!!”
Aku duduk manis di sofa menunggu suamiku pulang. Pandanganku kosng. Tapi pikiranku penuh, dipenuhi rencana-rencana.
Teet, teeet….bunyi bel di rumahku terdengar nyaring.
Ku dengar Jono bergegas ke gerbang untuk membukakan pintu. Kulirik jam di samping lukisan bali. Jam 11 malam.
“Hai sayang. Kok belum bobo? Kenapa kamu sakit? Yuk pindah ke kamar. Ngapain di sini sendirian. Gelap-gelapan lagi. Serem ih, diliatnya” Dia mengatakan dengan ringan dan ceria seperti tidak terjadi apa-apa.
Aku lalu berdiri dan berjalan masuk ke kamar.
Didalam kamar, aku masih mematung, tidak berkata-kata. Aku hamper menangis ketika memandag punggung suamiku. Bagaimana kau bisa mengkhianatiku, Yosep? Apa salahku? Lalu ku beranikan diri membuka mulut dan berkata “ Kamu masih inget janji kamu ke aku, sebelum kita menikah dulu?”
“ Janji? Janji yang mana? Janji kalo aku akan tetap mencintai kamu selamanya? Tentu aku inget. Kenapa sih, sayang?” Tanya dia sambil berjalan ke arahku dan berlutut di depanku.
Ah, rasanya sakit sekali menatap mata itu. Mata orang yang aku cintai tapi berkhianat.
“Kamu masih cinta sama aku? Kamu gak akan berseligkuh di belakang aku kan?” kataku datar tapi tajam.
“ Kamu ini ngomong apa sih? Aku gak akan mengkhianati kamu, aku cinta sama kamu. Kamu segala-galanya buat aku. Ada apa ini, tiba-tiba kamu ngomong kaya gini?”
“Kamu jangan bohong sama aku. Aku udah liat semuanya. Aku lihat kamu tadi sore bersama seseorang, dan aku lihat anak kecil yang memanggil kamu papah”. Suaraku mulai bergetar. Perasaanku bercampur marah, kecewa, dan benci.
“ Kamu…kamu lihat dimana?” suamiku tampak terkejut mendengar perkataanku.
“Jadi benar, kamu punya istri lain dan sudah punya anak? Jadi benar kamu berselingkuh selama ini? Benar semua itu? Jawaaaaaab?!!”
Teriakku tak terkendali.
Yosep berusaha menenangkanku dengan memeluk erat dan berkata “ Tenang dulu, sayang. Denger dulu penjelasan aku. Masalah ini gak gampang”
Dengan sekuat tenaga aku melepaskan diri dari pelukan dia. Tapi pelukannya terlalu keras. Aku tetap berada dalam pelukannya.Aku menangis dan meronta-ronta sambil berteriak. Dia tetap memelukku dan tidak mau melepaskan diriku.
Sampai akhirnya aku lelah dan berhenti meronta-ronta, ku dengar dia membisikkan kata
“ Maafin aku, sayang…aku cinta kamu.Tapi aku juga mencintai orang lain. Kita bisa tetap hidup bersama. Oke?”
Darah yang ada dalam tubuhku rasanya seperti mendidih. Mataku merah menatap matanya. Nafasku memburu karena menahan amarah di dada. Apa katanya? Dia mencintai orang lain? Dia telah mengkhianati aku!! Aku tidak bisa terima ini. Tidak!!!.
Lalu, dari balik kantong celanaku, ku keluarkan sebuah belati yang sudah ku persiapkan sebelumnya. Dan sambil menatap matanya, ku hujamkan belati itu tepat di jantungnya.
“Aauuuhhhh….Natya. apa yang….kamu…kenapa?” Yosep pun terjatuh, melepaskan pelukannya dari tubuhku.
Aku tetap berdiri menatap Yosep yang terjatuh ke lantai dengan lumuran darah di dadanya. Perasaan ku hampa. Kosong.Gamang.
“Kamu udah janji, Yosep. Aku boleh ambil jantung kamu kalo kamu bohongi aku”
Tidak lebih dari beberapadetik kemudian. Kulihat tubuh suamiku membatu, tidak bergerak.
Begitu juga dengan diriku. Aku menatap kosong ke depan.
Ada dua orang tua duduk dihadapanku ketika aku sedang duduk di taman suatu sore. Laki-laki dan perempuan. Aku tidak ingat siapa mereka. Mungkin salah seorang temanku dulu atau saudaraku. Entahlah, aku memainkan boneka yang aku bawa sambil bersenandung kecil. Mereka tetap duduk di hadapanku. Lalu mereka menyebutkan sebuah nama “ Natya…apa kabar?, kamu sehat,nak” kata si perempuan itu. Aku tetap diam, tapi beberapa menit kemudian aku bertanya pada seorang perempuan berpakaian putih-putih yang selalu menemaniku, siapa mereka? Dia berkata “ mereka orangtua Ibu Natya, Ibu tidak ingat?”
Aku memandang sekali lagi kepada mereka. Aku tetap tidak ingat. Kulihat wanita tua itu lalu menangis, Dan sang pria kemudian memeluknya.
Aku tidak mengerti kenapa mereka menangis dan apa yang mereka tangisi. Aku kembali asik bermain dengan boneka berwarna merah yang berada di tanganku. Bagus sekali boneka ini, bentuknya seperti jantung, Jantung hati kekasihku. Aku telah mengambil jantung hatinya.
“aku sayang sama kamu. Aku merasa kamu orang yang cocok dengan aku. You are my Soulmate. Aku jatuh cinta sama kamu” jawabnya berapi-api
“ Really?” Lirikku sinis
“kamu boleh ambil jantungku kalo aku bohong”
“…..” Aku diam
“jadi, kamu mau menikah denganku?”
“oke. Kita menikah”
“ Yes…! I Love you, Natya. Aku janji akan selalu jadi orang yang cinta kamu. Ga aka nada orang lain dalam kehidupan kita nanti. Aku janji akan bahagiain kamu”
“I hope you’ll keep your words” ku sunggingkan sebuah senyum di ujung bibirku. Senyum ketidakpercayaan.
Aku sendiri sebenarnya tidak begitu tertarik untuk membangun sebuah keluarga. Trauma! Mungkin satu kata itu yang bisa menggambarkan alasan kenapa aku enggan menikah. Dari kecil aku selalu berada di lingkunga orang-orang yang merusak keindahan dan kesakralan kata “pernikahan”.kedua orangtuaku bercerai ketika umurku 12 tahun. Sejak umurku 9 tahun, tidak pernah ku lihat mereka rukun atau duduk bersama menonton televisi atau sekedar sarapan bersama. Mereka selalu bertengkar. Entah apa yang di ributkan. Ibu berteriak, dan ayah memukul. Mereka seperti kesetanan setiap kali bertengkar. Awalnya mereka bertengkan dibelakangku, tapi semakin aku bertambah umur, mereka tidak peduli lagi apakah aku melihat atau tidak. Aku pun sudah merasa biasa dengan pemandangan seperti itu. Dari rasa takut dan tidak nyaman, menjadi biasa dan rasanya seperti melihat sebuah pertunjukan teater. Dan aku menikmatinya. Aku senang melihat ibuku melempar sebuah piring kea rah ayahku dan mengenai kepalanya hingga berdarah.
Sering kali aku bertepuk tangan melihat aksi ibuku. Aku benci ayahku. Ibu bilang, ayah brengsek. Dia main gila dengan seorang perempuan cantik dan lebih muda di kantornya. Aku jadi membenci perempuan-perempuan cantik.
Paman dan tanteku juga bercerai. Kali ini ulah paman yang senang menggoda Mba Yati, seorang gadis desa cantik yang datang setiap hari untuk membersihkan rumah mereka. Paman meniduri Mba Yati dan tante mengetahuinya. Dasar laki-laki brengsek!
Lalu, tiga tahun yang lalu, dua orang sahabatku memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun berumahtangga. Jarak perceraian mereka hanya berselang 2 bulang. Suami-suami mereka ketahuan berselingkuh dengan wanita-wanita di tempat mereka bekerja. Dua sahabatku hancur secara fisik dan mental. Mereka mengalami depresi berat sehingga pekerjaan mereka terbengkalai dan akhirnya karier mereka hancur. Aku semakin benci pria.
Kebencianku pada mahluk yang bernama pria belakangan ini mulai sedikit menipis. pertemuanku dengannya terjadi sekitar dua setengah tahun yang lalu dari seorang teman. Namanya Yosep Andika. Tampan, tubuh atletis, berpendidikan dan sudah cukup mapan di usia 28 tahun. Dia baik hati, sabar, romantic dan pengertian. Tetap saja rasa ketidakpercayaanku pada kaum adam ini tidak berubah. Aku masih tetap menganggap mereka brengsek. Tapi entah bagaimana dia berhasil sedikit demi sedikit mengikis rasa ketidakpecayaanku. Sampai dia berhasil mengajakku menikah.
Lima tahun sudah berjalan. Aku mulai menikmat kehidupan baruku. Rasa percayaku terhadap lelaki mulai tumbuh. Semua berjalan baik-baik saja. Aku hidup bahagia bersama Yosep di sebuah rumah di pinggir Jakarta. Karier kami pun berjalan baik seiring kehidupan kami. Bahkan Yosep mendapatkan tawaran menjadi General Manajer di perusahaannya bekerja. Aku? Aku memutuskan untuk membuka usaha butik di sebuah mall bersama teman-temanku. Suatu hari Yosep tiba-tiba mengatakan bahwa dia ingin mempunyai seorang anak. Tentu saja aku terkejut. Aku belum memikirkan kalau aku akan mempunyai anak. Aku belum siap menjadi seorang ibu. Tapi dia benar. Sudah lima tahun usia pernikahan kami, jadi demi kebahagiaan Yosep, aku akhirnya berusaha untuk mendapatkan anak darinya.
Segala usaha sudah kami usahakan untuk mendapatkan seorang anak, tapi aku ternyata belum hamil juga. Entah kenapa aku merasa perilaku Yosep mulai berubah. Dia selalu pulang lebih larut dengan muka lelah dan selalu tidur lebih awal. Biasanya dia selalu menyempatkan untuk sekedar mengobrol denganku sebelum kita tidur. Ketika ku Tanya ada apa, dia hanya berkata “ Ga papa, biasa. Masalah kantor”. Aku hanya diam. Jika masalah kantor, aku mengerti. Aku harus mengerti.
Jantungku serasa lepas dari dadaku ketika suatu sore aku melihat suamiku memasuki sebuah restoran jepang sambil memeluk seorang gadis cantik, putih, tinggi dan lebih muda.Mungkin umurnya dua atau tiga tahun lebih muda dariku. Siapa dia? Kenapa suamiku ada di mal sore hari bersama seorang perempuan? Apa suamiku tidak bekerja hari ini? Tidak. Tidak mungkin suamiku berselingkuh. Dia tidak akan melakukannya. Dia sudah berjanji padaku. Dia sudah berjanji hanya akan ada aku. Dia bahkan berjanji kalau dia bersedia memberikan jantungnya sebagai jainan jika dia berkhianat. Dia tidak mungkin mengkhianatiku! Tidak akan. Penasaran, aku ikuti dan buntuti mereka. Dari mulai mereka makan sampai selesai, lalu mereka masuk ke dalam mobil suamiku dan meluncur menuju suatu tempat. Aku langsung mengikuti kemana mereka pergi. Dalam perjalanan, pikiranku kacau balau. Pikiran-pikiran jelek dan jahat mulai merasuki otakku. Bagaimana jika benar suamiku berselingkuh? Bagaimana aku bias menerima kenyataan ini? Bagaimana dia bisa mengkhianati aku? Apa salahku? Apa karena aku belum bisa memebrikan anak untuknya? Atau apakah aku sudah tidak secantik dan semenarik dulu?
Aku sudah tiba disuatu tempat di daerah komplek perumahan mewah di Depok. Mau kemana mereka sebenarnya? Hatiku berdebar-debar kencang, memikirkan apa yang akan terjadi. Mobil yang mereka naiki berhenti di sebuah rumah mungil tapi cantik yang terletak paling pojok. Mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk menuju pagar rumah tersebut. Aku terus mengamati dari balik kaca mobilku. Tiba-tiba, dari dalam rumah tersebut, berlari seorang bocah kecil berumur sekitar 3 tahun dengan rambutnya yang panjang, keriting menjuntai ke punggung. Lucu sekali. Tapi, aneh rambutnya seperti rambut Yosep. Keriwil.
“Papah, Mamah….” Teriak si bocah lucu sambil berlari kea rah Yosep.
Papah?? Kenapa dia memanggil suamiku “papah”? Ada apa ini? Apa maksudnya semua ini?
Dengan mata basah karena pandangan yang menusuk mata ini, aku tetap menatap ke depan, memerhatikan setiap gerak gerik yang mereka lakukan.
Dari sisni dapat ku baca bibir suamiku berkata “ Anak papah, sayang..udah lama ya nunggunya? Yuk kita masuk. Papah-Mamah punya hadiah buat kamu”.
Deg.
Untuk beberapa detik, mulutku menganga tidak percya melihat apa yang baru saja terjadi.
Dengan perasaan tidak karuan, aku memetuskan untuk pulang. Dalam perjalanan, aku menangis. Aku menjerit seperti orang kesetanan. Aku tidak bisa menerima ini. Terlalu menyakitkan bagiku.dia sudah berjanji hanya akan mencintaiku. Dari perasaan marah, kesal, kecewa dan sakit hati, perasaan lain mulai muncul di hatiku. Perasaan BENCI yang dulu pernah ada dihatiku selama bertahun-tahun kepada kaum laki-laki itu muncul lagi. Dengan pandangankosong, aku berkata dalam hati “ Kamu udah janji, sayang…aku boleh mengambil jantung kamu klo kamu sampai ingkar sama janji kamu…kamu udah janji, dan kamu harus tepati janji kamu!!”
Aku duduk manis di sofa menunggu suamiku pulang. Pandanganku kosng. Tapi pikiranku penuh, dipenuhi rencana-rencana.
Teet, teeet….bunyi bel di rumahku terdengar nyaring.
Ku dengar Jono bergegas ke gerbang untuk membukakan pintu. Kulirik jam di samping lukisan bali. Jam 11 malam.
“Hai sayang. Kok belum bobo? Kenapa kamu sakit? Yuk pindah ke kamar. Ngapain di sini sendirian. Gelap-gelapan lagi. Serem ih, diliatnya” Dia mengatakan dengan ringan dan ceria seperti tidak terjadi apa-apa.
Aku lalu berdiri dan berjalan masuk ke kamar.
Didalam kamar, aku masih mematung, tidak berkata-kata. Aku hamper menangis ketika memandag punggung suamiku. Bagaimana kau bisa mengkhianatiku, Yosep? Apa salahku? Lalu ku beranikan diri membuka mulut dan berkata “ Kamu masih inget janji kamu ke aku, sebelum kita menikah dulu?”
“ Janji? Janji yang mana? Janji kalo aku akan tetap mencintai kamu selamanya? Tentu aku inget. Kenapa sih, sayang?” Tanya dia sambil berjalan ke arahku dan berlutut di depanku.
Ah, rasanya sakit sekali menatap mata itu. Mata orang yang aku cintai tapi berkhianat.
“Kamu masih cinta sama aku? Kamu gak akan berseligkuh di belakang aku kan?” kataku datar tapi tajam.
“ Kamu ini ngomong apa sih? Aku gak akan mengkhianati kamu, aku cinta sama kamu. Kamu segala-galanya buat aku. Ada apa ini, tiba-tiba kamu ngomong kaya gini?”
“Kamu jangan bohong sama aku. Aku udah liat semuanya. Aku lihat kamu tadi sore bersama seseorang, dan aku lihat anak kecil yang memanggil kamu papah”. Suaraku mulai bergetar. Perasaanku bercampur marah, kecewa, dan benci.
“ Kamu…kamu lihat dimana?” suamiku tampak terkejut mendengar perkataanku.
“Jadi benar, kamu punya istri lain dan sudah punya anak? Jadi benar kamu berselingkuh selama ini? Benar semua itu? Jawaaaaaab?!!”
Teriakku tak terkendali.
Yosep berusaha menenangkanku dengan memeluk erat dan berkata “ Tenang dulu, sayang. Denger dulu penjelasan aku. Masalah ini gak gampang”
Dengan sekuat tenaga aku melepaskan diri dari pelukan dia. Tapi pelukannya terlalu keras. Aku tetap berada dalam pelukannya.Aku menangis dan meronta-ronta sambil berteriak. Dia tetap memelukku dan tidak mau melepaskan diriku.
Sampai akhirnya aku lelah dan berhenti meronta-ronta, ku dengar dia membisikkan kata
“ Maafin aku, sayang…aku cinta kamu.Tapi aku juga mencintai orang lain. Kita bisa tetap hidup bersama. Oke?”
Darah yang ada dalam tubuhku rasanya seperti mendidih. Mataku merah menatap matanya. Nafasku memburu karena menahan amarah di dada. Apa katanya? Dia mencintai orang lain? Dia telah mengkhianati aku!! Aku tidak bisa terima ini. Tidak!!!.
Lalu, dari balik kantong celanaku, ku keluarkan sebuah belati yang sudah ku persiapkan sebelumnya. Dan sambil menatap matanya, ku hujamkan belati itu tepat di jantungnya.
“Aauuuhhhh….Natya. apa yang….kamu…kenapa?” Yosep pun terjatuh, melepaskan pelukannya dari tubuhku.
Aku tetap berdiri menatap Yosep yang terjatuh ke lantai dengan lumuran darah di dadanya. Perasaan ku hampa. Kosong.Gamang.
“Kamu udah janji, Yosep. Aku boleh ambil jantung kamu kalo kamu bohongi aku”
Tidak lebih dari beberapadetik kemudian. Kulihat tubuh suamiku membatu, tidak bergerak.
Begitu juga dengan diriku. Aku menatap kosong ke depan.
Ada dua orang tua duduk dihadapanku ketika aku sedang duduk di taman suatu sore. Laki-laki dan perempuan. Aku tidak ingat siapa mereka. Mungkin salah seorang temanku dulu atau saudaraku. Entahlah, aku memainkan boneka yang aku bawa sambil bersenandung kecil. Mereka tetap duduk di hadapanku. Lalu mereka menyebutkan sebuah nama “ Natya…apa kabar?, kamu sehat,nak” kata si perempuan itu. Aku tetap diam, tapi beberapa menit kemudian aku bertanya pada seorang perempuan berpakaian putih-putih yang selalu menemaniku, siapa mereka? Dia berkata “ mereka orangtua Ibu Natya, Ibu tidak ingat?”
Aku memandang sekali lagi kepada mereka. Aku tetap tidak ingat. Kulihat wanita tua itu lalu menangis, Dan sang pria kemudian memeluknya.
Aku tidak mengerti kenapa mereka menangis dan apa yang mereka tangisi. Aku kembali asik bermain dengan boneka berwarna merah yang berada di tanganku. Bagus sekali boneka ini, bentuknya seperti jantung, Jantung hati kekasihku. Aku telah mengambil jantung hatinya.
Harta Berharga.....
“ Yah, kenapa mereka mukulin orang-orang itu?” Tanya jagoanku suatu malam, sehari sebelum keberangkatanku ke Amsterdam, ketika kami sekeluarga sedang menonton tayangan kekerasaan yang terjadi di Ambon belum lama ini.
“itu karena mereka tidak paham dan mengerti tentang hak yang manusia punya.Makanya nanti klo jagoan ayah udah besar, harus bias memperjuangkan hak-hak orang lemah yang tertindas. Mengerti?’ jawabku.
Seketika dia berdiri tegak di depanku dan meletakkan tangan kananya pada ujung dahi, memberi hormat, sambil berkata “ Siaaapp, bos!”
Dan kami sekeluarga pun tertawa.
Anakku sayang, dia adalah primadonaku di dalam keluarga ini. Matanya bulat besar, menandakan keingintahuannya yang besar terhadap sesuatu. Aku yakin dia akan menjadi anak yang kuat dan berguna untuk dirinya dan orang-orang di dekatnya nanti. Aku tahu itu. Aku yakin.
“Kamu berangkat jam berapa besok, Mas?” Tanya Suciwati, istriku tersayang. Dia adalah wanita terhebat yang pernah aku temui selain ibuku. Wajahnya selalu menenangkan batinku ketika aku merasa kecil dan sendiri dalam perjuanganku. Dia selalu ada untuk mendukung setiap langkah yang ku tempuh dan menyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“kayaknya penerbangan siang atau sore. Aku juga belum tahu persis, nanti ada orang yang telpon aku buat kasih kabar.”
“Oh, gitu. Oya, Mas…kamu butuh jaket berapa potong? Aku mau beresin barang-barang yang mau kamu bawa.”
“satu aja, cukup kok”.
“satu? Bawa dua aja ya…Di Amsterdam kan lagi musim dingin, Mas”
“Yah, boleh juga. Terserah kamu aja deh.” Jawabku sambil tersenyum menatap istriku. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa sudah lama sekali tidak memegang tangannya dan bilang terimakasih.
“ Terimakasih ya, sayang…..” kataku sambil memegang tangan istriku.
“kamu ini kenapa si, Mas? Kok tiba-tiba jadi sok romantic gini.Udah ah, nanti keliatan anak-anak, malu!” Balas Suci sambil tersenyum malu.
Ah, dia cantik sekali ketika sedang tersipu. Rasanya jadi berat meninggalkan rumah. Sempat terlintas di pikiranku, apa rasanya jika tidak ada dia dalam hidupku. Aku pasti menjadi orang yang paling menderita.
Perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam memakan waktu 12 jam. Cukup lama. Bisa mati bosan aku dipesawat. Untunglaj istriku sudah menyiapkan sebuah buku bagus untuk membunuh waktu.
Didalam pesawat, aku sempat bertukar sapa dengan pantun Matondang, sang pilot. Lalu aku menyibukkan diri dengan membaca. Beberapa jam kemudian, untuk pertama kalinya, aku merasa jenuh membaca. Aneh, Tidak pernah sebelumnya aku merasa jenuh ketika membaca. Dan, entah kenapa, aku jadi teringat keluargaku. Tiba-tiba aku merindukan mereka. Aneh. Biasanya aku tidak merasa serindu ini. Ah, mungkin sebaiknya aku tidurnya saja sebentar supaya pikiranku lebih baik dan tenang ketika aku bangun nanti.
“permisi, Pak Munir.Ada yang ingin Bapak pesan?” kata seorang pramugari membangunkanku.
“Oh tidak, Terimakasih.Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa ya, mba?” tanyaku
“jam 10 lewat 5, Pak”
“Ya, terimakasih”
“saya ada di belakang kalau bapak butuh sesuatu”
Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum padanya.
Beberapa menit, aku sempat terdiam. Merasa sesuatu yang tidak beres pada tubuhku, tapi memutuskan untuk melanjutkan membaca. Beberapa jam kemudian, rasa tidak enak pada tubuhku semakin tidak karuan. Aku bolak-balik ke toilet karena sakit perut dan muntah-muntah. Kepalaku juga terasa pening. Tubuhku lalu mengeluarkan banyak keringat, padahal udara didalam pesawat cukup dingin. Aku lalu meminta air mineral kepada seorang pramugari. Aku juga memita untuk dicarikan seseorang yang bias membantuku, akan lebih baik lagi jika ada dokter. Alhamdulillah, ternyata ada seorang dokter di pesawat ini. Sambil menunggu dia dating untuk memeriksaku, aku berusaha untuk bias mengendalikan rasa sakit yang menyerangku. Sakit apa aku? Jantungku baik-baik saja. Seingatku aku tidak enderita penyakit berat. Tapi rasanya tubuhku sakit sekali. Aku merasa lemah.
Lalu, aku teringat sesuatu. Sebelum naik pesawat ini aku sempat meminum the ketika singgah di Changi. Jangan-jangan….pikiranku mulai berlalri-lari menimbulkan rasa mual yang memuncak.
Astagfirullah, rasanya sakit sekali…meskipun sudah meminum obat yang dokter itu berikan, rasa sakit yang ku alami tidak kunjung pergi. Badanku terasa lemah ketika ku bersandar di dinding kamar mandi. “ Ya Allah, sakit sekali” batinku dalam hati.
Ah, apakah aku akan mati sekarang? Di sini? Tidak, aku tidak boleh mati sekarang. Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Kasihan mereka. Orang-orang itu, mereka membutuhkan bantuanku. Siapa yang akan membela mereka jika aku pergi sekarang? Lagipula aku ingin melihat anak-anakku tumbuh besar. Aku bahkan ingin punya seorang anak lagi. Aku ingin bertemu dengan istriku lagi.
Kembali ku rasakan sakit yang mengggit tubuhku. Tidak terpikirkan olehku siapa yang mencoba membunuhku. Aku sekarang sibuk memikirkan keluargaku. Belum sempat ku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba semua terasa kabur, Sakit yang ku rasa semakin membawaku tertarik lekuar tubuh ini.
Dan entah bagaimana, aku tiba-tiba merasa ringan. Lalu aku hamper pingsan karena di hadapanku, tergolek sesosok pria.Aku mengenal sosok itu. Itu adalah aku.
Aku sudah mati. Aku tidak berada di sana lagi. Di dunia tempat semua kejadian baik dan buruk terjadi.
Kurasakan tubuh ini begitu ringan hingga terasa terbang. Merasa diri ini bisa melayang dan terbang, segera ku layangkan tubuh ini ke tempat yang aku ingin kukunjungi sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan dunia.
Kulihat istriku sedang duduk di depan komputer, mengetik sesuatu. Aku tidak bisa membacanya dengan jelas. Mungkin karena aku sudah mati.
Aku mencoba menyentuhnya, dan memanggilnya. Tapi dia tetap menatap lurus ke monitor itu. Tidak mendengarkan panggilanku. Tidak merasakankah dia sentuhan tanganku? Aku putus asa. Dan ku putuskan untuk duduk tepat di depannya sambil memandangi wajahnya.
“ Ibu…” tiba-tiba terdengar suara mungil dari balik pintu kamar kami. Itu si bungsu!
Betapa senangnya hati ini ketika melihatnya berjalan kea rah istriku, meminta untuk di peluk.
“ Kenapa belum tidur, nak? Banyak nyamuk ya?” Tanya Suci
Dia tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya sambil memberikan tatapan manjanya.
“Mau bobo sama Ibu,” katanya
Suci kemudian mengendng si kecil ke tempat tidur. Belum lama berselang, datang anakku yang pertama menyusul.
“Lho, kamu juga belum tidur, sayang?” Tanya istriku heran. Anak-anak ini sepertinya mengerti sesuatu yang tidak orang biasa mengerti.
“Aku mau bobo sama ibu aja” katanya
“Sini, nak. Kita bobo bertiga mala mini. Tapi sebelumnya, kita berdoa dulu, supaya Ayah selamat dan diberi kemudahan dalam semua urusannya”
“Amin” jawan anak-anakku kompak
Mataku terasa perih, entah kenapa. Lalu pandanganku pun mulai kabur dan berbayang. Aku tidak bias melihat sejelas tadi. Jadi ku dekatkan tubuhku pada mereka yang sedang meringkuk di balik selimut. Ku cium satu per satu kening mereka dan berbisik, berharap mereka akan mendengar “Jangan menyerah pada keadaan, keluargaku.Percayalah bahwa yang benar akan selalu menang. Tetap berjuang di jalan benar. Perjuangan ayah hanya sampai disini, sekarang tugas kalian meneruskan. Kalian adalah harta yang paling berharga yang pernah ayah miliki. Selamat tinggal keluargaku. Istriku, anak-anakku tercinta. Allah melindungi kalian”
Dan aku mulai memudar…Lalu menghilang.
“itu karena mereka tidak paham dan mengerti tentang hak yang manusia punya.Makanya nanti klo jagoan ayah udah besar, harus bias memperjuangkan hak-hak orang lemah yang tertindas. Mengerti?’ jawabku.
Seketika dia berdiri tegak di depanku dan meletakkan tangan kananya pada ujung dahi, memberi hormat, sambil berkata “ Siaaapp, bos!”
Dan kami sekeluarga pun tertawa.
Anakku sayang, dia adalah primadonaku di dalam keluarga ini. Matanya bulat besar, menandakan keingintahuannya yang besar terhadap sesuatu. Aku yakin dia akan menjadi anak yang kuat dan berguna untuk dirinya dan orang-orang di dekatnya nanti. Aku tahu itu. Aku yakin.
“Kamu berangkat jam berapa besok, Mas?” Tanya Suciwati, istriku tersayang. Dia adalah wanita terhebat yang pernah aku temui selain ibuku. Wajahnya selalu menenangkan batinku ketika aku merasa kecil dan sendiri dalam perjuanganku. Dia selalu ada untuk mendukung setiap langkah yang ku tempuh dan menyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“kayaknya penerbangan siang atau sore. Aku juga belum tahu persis, nanti ada orang yang telpon aku buat kasih kabar.”
“Oh, gitu. Oya, Mas…kamu butuh jaket berapa potong? Aku mau beresin barang-barang yang mau kamu bawa.”
“satu aja, cukup kok”.
“satu? Bawa dua aja ya…Di Amsterdam kan lagi musim dingin, Mas”
“Yah, boleh juga. Terserah kamu aja deh.” Jawabku sambil tersenyum menatap istriku. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa sudah lama sekali tidak memegang tangannya dan bilang terimakasih.
“ Terimakasih ya, sayang…..” kataku sambil memegang tangan istriku.
“kamu ini kenapa si, Mas? Kok tiba-tiba jadi sok romantic gini.Udah ah, nanti keliatan anak-anak, malu!” Balas Suci sambil tersenyum malu.
Ah, dia cantik sekali ketika sedang tersipu. Rasanya jadi berat meninggalkan rumah. Sempat terlintas di pikiranku, apa rasanya jika tidak ada dia dalam hidupku. Aku pasti menjadi orang yang paling menderita.
Perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam memakan waktu 12 jam. Cukup lama. Bisa mati bosan aku dipesawat. Untunglaj istriku sudah menyiapkan sebuah buku bagus untuk membunuh waktu.
Didalam pesawat, aku sempat bertukar sapa dengan pantun Matondang, sang pilot. Lalu aku menyibukkan diri dengan membaca. Beberapa jam kemudian, untuk pertama kalinya, aku merasa jenuh membaca. Aneh, Tidak pernah sebelumnya aku merasa jenuh ketika membaca. Dan, entah kenapa, aku jadi teringat keluargaku. Tiba-tiba aku merindukan mereka. Aneh. Biasanya aku tidak merasa serindu ini. Ah, mungkin sebaiknya aku tidurnya saja sebentar supaya pikiranku lebih baik dan tenang ketika aku bangun nanti.
“permisi, Pak Munir.Ada yang ingin Bapak pesan?” kata seorang pramugari membangunkanku.
“Oh tidak, Terimakasih.Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa ya, mba?” tanyaku
“jam 10 lewat 5, Pak”
“Ya, terimakasih”
“saya ada di belakang kalau bapak butuh sesuatu”
Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum padanya.
Beberapa menit, aku sempat terdiam. Merasa sesuatu yang tidak beres pada tubuhku, tapi memutuskan untuk melanjutkan membaca. Beberapa jam kemudian, rasa tidak enak pada tubuhku semakin tidak karuan. Aku bolak-balik ke toilet karena sakit perut dan muntah-muntah. Kepalaku juga terasa pening. Tubuhku lalu mengeluarkan banyak keringat, padahal udara didalam pesawat cukup dingin. Aku lalu meminta air mineral kepada seorang pramugari. Aku juga memita untuk dicarikan seseorang yang bias membantuku, akan lebih baik lagi jika ada dokter. Alhamdulillah, ternyata ada seorang dokter di pesawat ini. Sambil menunggu dia dating untuk memeriksaku, aku berusaha untuk bias mengendalikan rasa sakit yang menyerangku. Sakit apa aku? Jantungku baik-baik saja. Seingatku aku tidak enderita penyakit berat. Tapi rasanya tubuhku sakit sekali. Aku merasa lemah.
Lalu, aku teringat sesuatu. Sebelum naik pesawat ini aku sempat meminum the ketika singgah di Changi. Jangan-jangan….pikiranku mulai berlalri-lari menimbulkan rasa mual yang memuncak.
Astagfirullah, rasanya sakit sekali…meskipun sudah meminum obat yang dokter itu berikan, rasa sakit yang ku alami tidak kunjung pergi. Badanku terasa lemah ketika ku bersandar di dinding kamar mandi. “ Ya Allah, sakit sekali” batinku dalam hati.
Ah, apakah aku akan mati sekarang? Di sini? Tidak, aku tidak boleh mati sekarang. Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Kasihan mereka. Orang-orang itu, mereka membutuhkan bantuanku. Siapa yang akan membela mereka jika aku pergi sekarang? Lagipula aku ingin melihat anak-anakku tumbuh besar. Aku bahkan ingin punya seorang anak lagi. Aku ingin bertemu dengan istriku lagi.
Kembali ku rasakan sakit yang mengggit tubuhku. Tidak terpikirkan olehku siapa yang mencoba membunuhku. Aku sekarang sibuk memikirkan keluargaku. Belum sempat ku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba semua terasa kabur, Sakit yang ku rasa semakin membawaku tertarik lekuar tubuh ini.
Dan entah bagaimana, aku tiba-tiba merasa ringan. Lalu aku hamper pingsan karena di hadapanku, tergolek sesosok pria.Aku mengenal sosok itu. Itu adalah aku.
Aku sudah mati. Aku tidak berada di sana lagi. Di dunia tempat semua kejadian baik dan buruk terjadi.
Kurasakan tubuh ini begitu ringan hingga terasa terbang. Merasa diri ini bisa melayang dan terbang, segera ku layangkan tubuh ini ke tempat yang aku ingin kukunjungi sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan dunia.
Kulihat istriku sedang duduk di depan komputer, mengetik sesuatu. Aku tidak bisa membacanya dengan jelas. Mungkin karena aku sudah mati.
Aku mencoba menyentuhnya, dan memanggilnya. Tapi dia tetap menatap lurus ke monitor itu. Tidak mendengarkan panggilanku. Tidak merasakankah dia sentuhan tanganku? Aku putus asa. Dan ku putuskan untuk duduk tepat di depannya sambil memandangi wajahnya.
“ Ibu…” tiba-tiba terdengar suara mungil dari balik pintu kamar kami. Itu si bungsu!
Betapa senangnya hati ini ketika melihatnya berjalan kea rah istriku, meminta untuk di peluk.
“ Kenapa belum tidur, nak? Banyak nyamuk ya?” Tanya Suci
Dia tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya sambil memberikan tatapan manjanya.
“Mau bobo sama Ibu,” katanya
Suci kemudian mengendng si kecil ke tempat tidur. Belum lama berselang, datang anakku yang pertama menyusul.
“Lho, kamu juga belum tidur, sayang?” Tanya istriku heran. Anak-anak ini sepertinya mengerti sesuatu yang tidak orang biasa mengerti.
“Aku mau bobo sama ibu aja” katanya
“Sini, nak. Kita bobo bertiga mala mini. Tapi sebelumnya, kita berdoa dulu, supaya Ayah selamat dan diberi kemudahan dalam semua urusannya”
“Amin” jawan anak-anakku kompak
Mataku terasa perih, entah kenapa. Lalu pandanganku pun mulai kabur dan berbayang. Aku tidak bias melihat sejelas tadi. Jadi ku dekatkan tubuhku pada mereka yang sedang meringkuk di balik selimut. Ku cium satu per satu kening mereka dan berbisik, berharap mereka akan mendengar “Jangan menyerah pada keadaan, keluargaku.Percayalah bahwa yang benar akan selalu menang. Tetap berjuang di jalan benar. Perjuangan ayah hanya sampai disini, sekarang tugas kalian meneruskan. Kalian adalah harta yang paling berharga yang pernah ayah miliki. Selamat tinggal keluargaku. Istriku, anak-anakku tercinta. Allah melindungi kalian”
Dan aku mulai memudar…Lalu menghilang.
Langganan:
Postingan (Atom)