Usia pernikahan kami akan menginjak lima tahun minggu depan. Ah, tidak berasa. Rasanya baru kemarin aku merasakan bulan madu ke Eropa bersama suamiku. Di usia pernikaha kami yang ke lima ini, kami belum di berkahi seorang anak. Tapi bukan suatu masalah besar bagi kami. Lagipula kami masih sibuk dengan urusan kami masing-masing. Suamiku bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi terbesar di negeri ini sebagai manager bidang pemasaran. Kariernya cukup baik dan semakin menanjak. Sedangkan aku, aku bekerja pada suatu perusahaan rekaman music yang cukup ternama. Peranku di perusahaan ini cukup diperhitungkan. Aku menangani secara langsung arus keluar masuk cd dan kaset yang akan beredar dipasaran. Aku juga yang menghandle jika artis luar negri datang untuk mempromosikan album mereka. Aku cukup puas dengan apa yang sudah aku raih.
Kami berencana akan merayakan hari jadi pernikahan kami yang ke lima dengan mengundang makan malam teman-teman dekat kami dirumah. Ya, rumah ini terasa kosong dan tak bernyawa. Dengan luas hamper 800meter2 dan hanya di isi lima orang, aku, suamiku dan tiga asisten rumahtangga, sepi rasanya. Mungkin dengan kehadiran mereka akan menambah aura positif bagi rumah ini.
Sejak awal kami membina hubungan, tidak ada yang kami rahasiakan dalam hidup kami. Kami berbagi semua cerita satu sama lainnya. Apa yang terjadi pada diriku selalu kuceritaka pada dirinya, begitupun sebaliknya, kecuali satu hal.
Aku mencintai suamiku melebihi apapun di dunia ini. Terlebih semenjak dia menikahiku. Aku juga yakin bahwa dia mencintaiku lebih dari apa yang aku beri untuknya. Aku tidak bbisa membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa dirinya. Aku tidak sanggup kehilangan dia.
Suamiku adalah tipe suami yang setia dan mencintai istri dengan segenap hati. Aku bisa merasakannya, tapi jika aku mengingat kejadian itu, rasa bersalah yang besar selalu menganggu tidurku. Aku mempunyai sebuah rahasia besar yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun di dunia ini. Entah sampai kapan aku akan menyimpannya. Yang pasti, cepat atau lambat, aku harus menceritakannya pada suamiku sebelum aku kehilangannya.
Aku pernah berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan aku menyesalinya sampai detik ini. Aku pernah berselingkuh dengan sahabat suamiku. Ya, sahabat baik suamiku.
Saat itu, suamiku berada di Utrecht, Belanda, untuk mengikuti seminar penting perusahaan. Dia harus tinggal selama tiga bulan disana. Awalnya aku merasa bahwa aku akan baik-baki saja disini tanpanya. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku bukan tipe wanita yang mudah tergoda oleh pria lain. Tapi rupanya kenyataan berkata tidak. Aku pun akhirnya jatuh tergoda dalam pelukan laki-laki lain. Aku tidur dengan sahabatnya sendiri! Sampai saat ini aku sendiri tidak habis piker kenapa aku bisa melakukan hal semacam itu. Ah, aku tidak athu bagaimana aku harus mengatakan semua ini nanti padanya.
Perayaan hari pernikahan kami yang kelima berjalan dengan baik dan menyenangkan. Setelah semua teman-teman kami berpamitan, kami memutuskan untuk duduk di teras belakang rumah.
“ Ga kerasa ya, sayang…kita udah jalan lima tahun.” Katanya mesra sambil menggenggam tanganku
“Iya, Aku senang banget.” Balasku dengan memberikan sebuah kecupan lembut dikeningnya.
“Kamu tau ga…aku beruntung banget punya istri kaya kamu. Cantik,pinter, sayang suami, perhatian.Ah, semuanya sempurna buat aku.” Ucapnya pelan.
Aku berusaha untuk tidak menatap langsung matanya. Aku takut. Aku takut kalau mata ini akan berkata apa yang sebenarnya dulu pernah terjadi.
“Sayang…,” panggilku
“Ya?”
“Kamu cinta sama aku?” Tanyaku padanya
Masih memegang kedua tanganku, dia menatapku sambil berkata
“Tentu sayang…aku mencintai kamu lebih dari apapun di dunia ini. Kamu segala-galanya buat aku. You are my life”.
Aku tersenyum mendengarnya. Lalu aku sadar, inilah saat yang tepat untuk mengatakan semuanya. Aku harus jujur padanya. Aku tidak mau membohonginya, menyakitinya. Aku terlalu cinta padanya. Dan aku tahu resiko yang akan aku terima.
“ Sayang…ada yang mau aku certain sama kamu….. Kataku sambil menahan tangis
“Cerita tentang apa? Cerita aja, aku pasti dengerin.” Ujarnya lembut
“Yank…setahun yang lalu, waktu kamu pergi ke Belanda, aku….” Dan mengalirlah semua cerita yang aku simpan rapat-rapat seperti aliran sungai bah yang besar.
Ketika aku berhenti bercerita, mataku sudah sembab oleh airmata. Pandanganku tidak jelas karena tertutup airmata. Lalu ku beranikan diri melihatnya. Aku sudah siap jika dia akan meledak dan marah. Aku sudah siap jika dia akan menamparku sekalipun. Tapi, dia hanya terdiam. Dan alam diamnya aku melihat airmatanya jatuh di pipinya. Dia tidak berkata sepatah katapun. Dia hanya diam dan menangis..
Tetesan air matanya bagaikan pisau yang mengiris-iris tipis hatiku. Sakit dan perihnya tidak terlukiskan. Aku harap bahwa dia akan marah padaku, bahwa dia akan mengamuk, menampar dan mengusirku keluar rumah. Tapi dia tidak bereaksi.
Ku tunggu dia sampai mengucapkan sebuah kata…” Maafin aku….” Katanya
Rasanya hati ini seperti di lindas kereta expres yang sedang melaju kencang. Sakit sekali. Bagaimana dia masih bisa meminta maaf untuk sebuah dosa yang aku buat trhadapnya.
“Kamu ngomong apa? Aku yang nyakitin kamu. Aku gak mau bohongin kamu. Aku rela kamu ninggalin aku. Mungkin akan ada wanita yang lebih baik dari aku…” Kataku sabil menahan isak.
“Maafin, aku sayang….maaf karena aku harus menahan kamu untuk tetap disini. Nemenin aku. Hidup bersama aku. Maaf kalo aku selalu maafin kamu aku terlalu mencintai kamu. Jangan tinggalin aku” Kata-kata yang terucap dari mulut suamiku terasa tulus dan murni datang dari hati. Dengan tangisan yang meledak-ledak, ku peluk an ku ciumi tangannya sabil berkata “ Ya Tuhan…aku sungguh gak pantas untuk kamu, suamiku, sayangku, maafin aku. Maaf. Kamu boleh hukum aku apa aja. Percayalah aku mencintai kamu melebihi apapun di dunia ini. Maafin aku, aku bener-bener minta maaf..”
“Kalo begitu, aku hukum kamu dengan gak boleh ninggalin aku dan janji gak akan ngelakuin hal itu lagi.” Jawabnya
“Oh…” tangisku kian meledak
Setelah lama berpelukan dan menangis, aku mengajaknya masuk ke dalam rumah. Sambil tersenyum dia berkata “ Kamu mau buatin aku the hangat? Udaranya mulai dingin”
“I’ ll do anything for u my lovely husband…” jawabku dengan senyum. Dalam hatiku berkata aku pasti wanita paling beruntung di dunia ini karena memiliki dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar