Tuuuut….tuuut…“Halo?” terdengar suara di seberang sana.
“Halo. Selamat siang. Bisa bicara dengan Bona?” tanyaku dengan hati-hati
“selamat siang.Dari siapa ya?” jawabnya
“Mmm, ini dari teman satu kampusnya, Mona” jawabku berbohong
“Maaf, Non..Den Bona nya sedang keluar. Baru aja”
“Oh gitu…pergi kemana ya?” tanyaku penasaran.
“Waduh saya ndak tahu ya, Non. Ada pesan buat Den Bona?” Tanyanya balik kepadaku.
“Mm, engga deh. Salam aja buat Bona dari Mona. Terimakasih.”
Hah, BT. Ini sudah ke tigabelas kalinya amu mencoba menelpon dia. Tapi selalu Si bibi yang mengangkat teleponku. Padahal mendapatkan nomor telepon dia susahnya setegah mati. Aku bahkan harus menghabiskan setengah bulan uang jajanku demi medapatkan nomor telepon Bona. Daniel, teman dekatku tahu betul semua informasi tentang Bona karena kakaknya adalah teman dekat Bona di kampus. Makanya Daniel selalu memanfaatkan kelemahanku, yaitu rela melakukan apa saja demi semua info tentang Bona.
Sejak kemunculannya pertama kali di layar televise dalam acara Idola Nusantara, aku langsung jatuh cinta pada Bona. Aku punya semua artikel tentang dia. Tembok kamarku penuh dengan poster mukanya, bahkan aku mengganti naa kucing di rumahku dengan nama Bona.
Aku memang jatuh cinta pada Bona. Dia memang idolaku. Mukanya yang imut-imut dan suaranya yang enak di dengar, membuat aku selalu berteriak-teriak setiap kali aku melihatnya di televise. Dan yang terpenting, dia memakai behel! Aaaach, aku suka sekali cowowk berbehel. Obsesiku dari dulu adalah punya cowok berbehel. Aduh kebetulan sekali Bona juga memakai behel, Jodoh emang ga kemana. Hehe…
Hari ini aku dan Daniel berencana pergi ke Plaza Senayan. Kata Daniel, hari ini Bona akan pergi nonton bersama teman-teman satu kampusnya, termasuk kakak Daniel. Mataku terus memandangi jam tangan yang bergerak lambat sekali. Ah, lama sekali bel sekolahku berbunyi.
Teeeeeeeeeeett….akhirnya. Yeah, aku langsung menarik tangan Daniel da berlari ke parkiran.
“ Eh. Tunggu, tunggu…kenapa buru-buru sih. Masih jam 1. Dia itu nonton yang jam 5, Na!” Kata Daniel sambil berhenti tiba-tiba.
“Aduh, Lo gimana sih. Iya gw tau dia nonton yang ja 5. Tapi kan gw harus ke salon dulu, nge-blow rabut, biar oke.” Kataku sabil terus menarik tangannya.
“ Ya ampun, Na…lo ngapain sih pake acara ke salon segala. Kaya mau nge-date aja. Kita kan Cuma mau liat dia doing. Kenalan aja belom! Ribet banget sih. Udah, mending kita makan baso dulu sebelum berangkat ke Plaza Senayan biar di sana gak usah makan” Cerocosnya padaku.
Dengan tampang galak, ku balas omongannya “ Eh, dengar ya Daniel Kertarnegara. Bona itu idola gw, pria idaman gw, cowo paling ganteng yang pernah gw temuin dalam hidup gw, calon pacar gw. Jadi, wajar donk gw tampil cantik dan oke buat dia. Ga masalah dia belum kenal gw. Kan nanti gw mau di kenalin sama kakak l. Makanya gw harus tampil oke. Gw yakin kalo gw tampil oke, dia pasti tertarik sama gw. Lo harus ngerti donk, jangan perut lo aja dipikirin.Temen lagi usaha bukannya dibantuin!!!”
“Cape deh…Iya, iya…yaudah, lo sekarang maunya gimana? Mau ke salon sekarang? Yuk deh…daripada gw liat muke lo ditekuk gitu” jawab aniel dengan tampang pasrahnya.
“Nah gitu dong. Itu baru teen sejati” kataku sambil merangkul pundaknya. Daniel memang teman sejati. Meskipun kadang-kadang dia menyebalka, aku tahu dia sayang padaku dan akan melakukan apa saja demi pertemanan kami.
Sudah jam 4. Bearti tinggal satu jam lagi. Ah, akhirnya aku akan melihat dia secara langsung. Akhirnya aku akan berkenalan dengannya, berjabat tangan dengannya, melihat mukanya dari dekat. Aku tersenyum-senyum membanyangkan apa yang akan terjadi satu jam kemudian. Daniel yang melihatku langsung memberikan muka jijiknya pada ku dna berkata “ Ngapain sih lo senyum-senyum sendiri kaya orang gila?”
“Yee.sirik aja lo. Biarin aja donk kan bentar lagi aku mau ketemu idolaku, calon pacarku”
“Hueeek” Daniel menirukan orang yang akan memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Ah, aku tidak perduli. Aku tetap saja tersenyum.
Selama menunggu dia datang. Aku membayangkan wajahnya yang akan tersenyum melihatku. Hari ini aku merasa sangat cantik. Dia pasti langsung tertarik padaku. Menurut info akurat yang kudapat dari Daniel, Bona memang sedang jomblo. Wah kebetulan. Dia pasti akan suka padaku. Dan dia akan segera menjadi pacarku. Hihi…menghayal memang enak.
Setengah jam lagi. Entah kenapa hatiku berdetak seribu kali lebih cepat. Mataku terus memandang lift yang berada tepat di depan café tempat aku dan Daniel duduk menunggu. Lalu, tiba-tiba keluar beberapa orag dari dalam lift. Satu diantaranya adalah kakaknya Daniel. Tapi mana Bona? Aku tidak melihatnya…oh, itu dia!! Dia berjalan di tengah-tengah rombongan yang berjalan menuju studio bioskop. Waaaah, dia tampan sekali!! Dia memakai kaos polo T-shirt berwarna biru muda di padu dengan jins dan sepatu kets putih. Ganteng banget!!!
Aku menepuk bahu Daniel tanpa elepaskan pandangan dari Bona dan berkata “ Niel, itu mereka udah pada dating. Yuk, kita ke kakak lo. Minta dikenalin. Aduh, gw deg-degan nih. Rambut gw rapi ga? Bedak gw masih rata kan? Baju gw kusut ga?”
“ Aduh…repot deh. Udah cantik kok, Na. Luna Maya aja lewat…” jawabnya acuh.
“Ayo Niel, berdiri donk. Ntar mereka keburu masuk dulu” Renggekku pada Daniel/
“Yuuuuuk…Eh, kita jala di belakang mereka aja. Ntar kenalannya di dalem bioskop aja. Malu kenala di sini. Banyak orang. Ntar disangka kita orang kampong. Males gw. Norak” Balas Daniel.
Mm, benar juga kata Daniel. Lebih baik kenalan di dalam bioskop. Lebih sepi dan nyaman. Lalu, kami akhirnya berjalan beberapa meter di belakang mereka. Aku tidak membiarkan mataku lepas dari Bona. Melihatnya langsung dari belakang saja sudah membuat aku senangnya bukan main, Bona memang tampan. Bahkan dari belakang, badannya proporsional. Cocok denga aku. Hihi…aku tertawa membayangka aku berjalan di sampingnya.
Tiba-tiba pandanganku berhenti pada tangannya yang sedang menggenggam tangan orang lain. Tapi aku tidak bisa melihat tangan siapa itu. Jangan-jangan pacar dia! Tapi kakak Daniel bilang Bona belum punya pacar. Aduh, mereka banyak sekali. Laki-laki dan perempuan campur jadi satu, membuat aku sulit melihat jelas. Penasaran, aku berjalan agak cepat agar bisa melihat tangan siapa yang di genggam Bona.
Apa? Tidak mungkin…aku pasti salah lihat. Mataku pasti sudah rusak. Mungkin aku harus memakai kacamata. Sambil tertawa Bona merapatkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di bahu orang itu. Ku kucek-kucek mataku dengan cepat dan segera ku lihat kembali. Kali ini Bona berjalan agak terpisah dari rombongan, dan aku bisa melihat dengan jelas Bona memang memegang (menggenggam, lebih tepatnya sih) tangan seseorang, dan itu adalah tangan seorang PRIA!!!
Dengan mulut mengang, ku melirik pada Daniel untuk menyakinkan bahwa apa yang aku saksikan tidak nyata. Tapi ketika aku melihat Daniel, ekspresi mukanya lebih terkejut dari aku sendiri.
“Na, itu..Bona kan?!” tanyanya smabil menganga
“I…iya, Niel…..I….itu Bona.” Jawabku terbata-bata
“ngapain dia peluk-pelukan sambil pegang tangan cowo?” Tanyanya lagi dengan lugu.
“gw ga tau, Niel. Gw juga gak ngerti. Apa mungkin Bona itu…” aku bahkan tidak sanggup meneruskan kata-kataku.
Sambil berpadangan, aku dan Daniel melanjutka “ Gaaaaaaaayyy?!?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar